Mohon tunggu...
Rudi Sinaba
Rudi Sinaba Mohon Tunggu... Pengacara - Advokat - Jurnalis

Alamat Jln. Tj, Jepara No.22 Kota Luwuk Kab. Banggai, Provinsi Sulawesi Tengah.

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Raut Tanpa Wajah

2 Desember 2024   07:05 Diperbarui: 2 Desember 2024   07:21 26
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Raut Tanpa Wajah

Raut itu melayang dalam kelam,
Tak berbentuk, tak berujung, hanya malam.
Bayangannya melukis langit sunyi,
Menorehkan luka pada jiwa yang mati.

Di mana suara menggema hilang?
Rindu memecah, tak pernah pulang.
Jejak langkah tersembunyi di debu,
Menghimpun sunyi dalam waktu yang beku.

Wajahmu adalah rahasia semesta,
Terkurung di balik tirai tanpa cerita.
Tak ada garis, tak ada warna,
Hanya ruang kosong dalam duka fana.

Mataku mencari di antara kabut,
Namun raut itu kian larut.
Hilang ditelan desir angin,
Meninggalkan rasa yang tak terjamin.

Raut tanpa wajah, siapa engkau?
Kenangan atau mimpi yang kini rapuh?
Sebuah harapan atau rasa bersalah,
Yang tersimpan dalam lorong tak berarah?

Langit menangis, bumi terdiam,
Rindu meronta dalam diam yang kelam.
Namun wajah itu tetap hampa,
Seperti bayang yang enggan bersuara.

Kutanya angin, ia hanya lewat,
Kutanya hati, ia tak bersahabat.
Raut itu ada, namun tiada,
Seperti nyala lilin dalam gulita.

Kutemui cermin di sudut senja,
Namun pantulannya hanya fatamorgana.
Apakah wajah ini bayangan dusta,
Ataukah refleksi hati yang luka?

Raut itu bermain dalam ingatan,
Menyisakan jejak di sela keraguan.
Tak tergapai, namun begitu dekat,
Seperti mimpi yang hadir mendekap.

Dalam hening kupanggil namamu,
Namun gema itu hanya menghilang bisu.
Apakah aku bercermin pada kehampaan,
Atau terjebak dalam lingkaran kegelapan?

Raut tanpa wajah, engkau abadi,
Seperti malam yang terus menanti pagi.
Namun esok pun tak memberi jawab,
Hanya meninggalkan hati yang lemah.

Di balik raut tanpa wajah,
Ada rahasia yang tak terjamah.
Seperti bayang di permukaan air,
Menghilang ketika tangan ingin menggapai.

Malam mengakhiri kegelisahan,
Raut itu memudar bersama rembulan.
Namun jiwa ini tetap bertanya,
Apa arti raut tanpa wajah di maya?

Akhirnya kupercaya pada kekosongan,
Bahwa raut itu hanyalah bayangan.
Dan aku, hanya insan yang mencari,
Wajah diri sendiri yang tak pernah pasti.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun