Tiga puluh tahun, waktu berganti,
Namun puisimu tetap berarti,
Menjadi harta di hati yang suci,
Mengajarkan arti menjalani.
Di tiap bait, ada pesan tersembunyi,
Tentang perjuangan, tentang berdiri,
Tentang menerima segala tragedi,
Dan menemukan damai sejati.
Puisimu dulu, kini jadi cermin,
Mengungkap masa yang tersimpan intim,
Mengingatkan, hidup ini tak mungkin,
Namun kau tetap melawan deru dingin.
Terima kasih pada puisi yang lalu,
Kisahnya abadi dalam kalbu,
Tiga puluh tahun adalah saksi waktu,
Bahwa kata bisa mengubah hidupmu.
Dan di sini kau berdiri lagi,
Dengan pena yang tetap bersemi,
Menggores cerita untuk hari nanti,
Menjawab hidup dengan puisi abadi.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H