Hari yang naas, dimana hujan deras menghapus jejak langkahku,
Terbenam dalam kesendirian, dibiarkan angin membawa amarah.
Memori itu akan terukir di relung hati yang patah,
Kenangan yang tak bisa menghindar dari mimpi buruk yang menyesakkan.
Hari yang naas, ketika matahari tak lagi menyinari hariku,
Kehilangan yang datang begitu mendalam, merobek jiwa.
Memori itu akan menggerogoti ketenangan,
Setiap detik terasa begitu berat, menambah luka yang tak terlihat.
Hari yang naas, dimana kata-kata terakhir terhenti di tenggorokan,
Tersesat dalam kesunyian yang begitu pekat.
Memori itu akan memelukku dalam kesendirian,
Meninggalkan rasa hampa yang tidak bisa terungkapkan.
Hari yang naas, ketika langkahku terhenti di persimpangan tak terduga,
Perpisahan yang tak direncanakan datang begitu tiba-tiba.
Memori itu akan terpangkas oleh waktu,
Namun rasa sakitnya tetap menggema dalam setiap napas yang panjang.
Hari yang naas, dimana wajah-wajah yang kukenal kini menghilang,
Meninggalkan ruang yang kosong, tak mampu terisi.
Memori itu akan terus berputar,
Mengingatkan aku pada mereka yang dulu ada di sampingku.
Hari yang naas, ketika dunia terasa menjadi tempat asing,
Semua yang kukenal kini berubah begitu cepat.
Memori itu akan terjebak dalam kekosongan,
Tergantikan oleh bayang-bayang yang semakin kabur.
Hari yang naas, dimana aku kehilangan pegangan yang dulu kokoh,
Rasa takut merayapi setiap langkah yang aku ambil.
Memori itu akan menjadi bayangan yang selalu menghantui,
Menorehkan luka di dinding kenangan yang terkunci rapat.
Hari yang naas, ketika suara tangisan mengisi ruang yang sunyi,
Saat yang seharusnya penuh tawa berubah menjadi tangis.
Memori itu akan menciptakan ruang yang penuh penyesalan,
Menggugah perasaan yang hilang dalam waktu yang tak kembali.
Hari yang naas, dimana harapan terkubur dalam gelapnya malam,
Mimpi yang pudar di bawah rintik hujan yang tak henti.
Memori itu akan mengalir dalam darah yang mengalir pelan,
Seperti air mata yang tak pernah cukup untuk menghapus luka.
Hari yang naas, ketika wajah yang kucintai menghilang begitu saja,
Perpisahan itu datang tanpa kata, meninggalkan keheningan.
Memori itu akan abadi di hatiku,
Menjadi kenangan yang selalu memanggil dalam kesepian.
Hari yang naas, dimana angin membawa pesan yang tak terucapkan,
Tersangkut di antara waktu yang berjalan begitu cepat.
Memori itu akan terpendam dalam kisah yang tidak bisa diselesaikan,
Seperti luka yang tak pernah sembuh, namun tetap ada.
Hari yang naas, ketika dunia terasa berhenti sejenak,
Pikiran berputar-putar tanpa arah, mencari kedamaian.
Memori itu akan tetap ada dalam setiap hembusan napasku,
Menggugah kenangan yang terlupakan oleh waktu.
Hari yang naas, dimana aku bertanya-tanya tentang segala yang hilang,
Mencari jawaban yang tak pernah datang.
Memori itu akan menjadi bayang-bayang di balik matahari,
Menuntun setiap langkah yang penuh kebingungan.
Hari yang naas, ketika senja turun begitu cepat,
Meninggalkan aku di tengah kegelapan yang menghimpit.
Memori itu akan menjadi hantu yang terus menghantui,
Mengisahkan kisah yang tak bisa dilupakan.
Hari yang naas, dimana setiap detik terasa begitu panjang,
Aku terjebak dalam kenangan yang menyakitkan.
Memori itu akan terus berputar,
Menjadi bagian dari perjalanan yang tak akan pernah selesai.
Hari yang naas, ketika aku mencoba menerima kenyataan,
Namun hatiku menolak untuk melepaskan yang hilang.
Memori itu akan terjalin dengan rasa sesal,
Meninggalkan jejak-jejak kesedihan yang tak akan pernah hilang.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H