Mohon tunggu...
Rudi Sinaba
Rudi Sinaba Mohon Tunggu... Pengacara - Advokat - Jurnalis

Menulis apa saja yang mungkin dan bisa untuk ditulis.

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Untuk Terakhir Kali

25 November 2024   21:14 Diperbarui: 25 November 2024   21:26 43
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kerusakan hutan prah (MDE online.ID)

Untuk Terakhir Kali

Untuk terakhir kali, dengarlah suaraku
Angin mengerang, gemuruh rindu
Pohon menangis di sudut waktu
Hentikan tanganmu, jangan kau abu

Untuk terakhir kali, lihatlah hijauku
Rimba menari di bawah biru
Burung berkicau di ladang ragu
Akankah esok masih ada aku?

Untuk terakhir kali, hiruplah napasku
Udara segar membelai tubuhmu
Asap hitam perlahan membelenggu
Hentikan luka yang kau tuju

Untuk terakhir kali, rasakan tanahku
Lembut menyentuh telapak kakimu
Air mengalir di sela haru
Namun kini keruh penuh pilu

Untuk terakhir kali, nikmati nyanyiku
Hujan bernada, petir pun syahdu
Jika kau bakar rumahku yang satu
Sunyilah dunia, bisu menyatu

Untuk terakhir kali, dengar amarahku
Gunung mendidih, laut pun melu
Gelisah bumi, patahkan sendu
Kau yang menusuk, kau yang terpaku

Untuk terakhir kali, lihat ratapanku
Hewan melangkah di tepi waktu
Mencari tempat untuk berlindung
Dari manusia yang terus merusuh

Untuk terakhir kali, bisakah kau henti?
Penebangan liar, tambang membabi
Laut pun dihisap hingga kering sunyi
Di mana lagi bumi dapat berdiri?

Untuk terakhir kali, aku memohon
Berikan hidupku ruang yang longgar
Tanpa limbah yang terus menghantam
Tanpa racun yang mengakhiri alam

Untuk terakhir kali, sadarlah kini
Jika kau hancurkan, kau yang terluka
Banjir, gempa, dan badai yang lara
Adalah jerit dari dosa manusia

Untuk terakhir kali, jangan kau bisu
Berpalinglah sebelum waktu memaku
Pintu maafku hampir tertutup waktu
Segalanya musnah, segalanya pilu

Untuk terakhir kali, ingatlah aku
Alam yang setia merawat dirimu
Tanpa balas, tanpa pilu
Namun kini goyah karena ulahmu

Untuk terakhir kali, aku peringatkan
Bumi ini satu, jangan kau lupakan
Takkan ada tempat lain untuk bertahan
Jika kau rusak rumah keabadian

Untuk terakhir kali, kupinta nurani ini
Tuk mengasihiku seperti kau sendiri
Jagalah aku, rawatlah harmoni
Agar masa depan tak hanya mimpi

Untuk terakhir kali, ini doaku
Semoga kau sadar sebelum berlalu
Hidup ini titipan bukan milikmu
Cinta alam, selamatkan yang tersisa dariku.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun