Mohon tunggu...
Rudi Sinaba
Rudi Sinaba Mohon Tunggu... Pengacara - Advokat - Jurnalis

Menulis apa saja yang mungkin dan bisa untuk ditulis.

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Jam Tangan Tua di Dalam Laci

18 November 2024   02:27 Diperbarui: 18 November 2024   03:06 61
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Jam Tangan Tua di Dalam Laci

Jam tangan tua di dalam laci,
Tersimpan rapi, sepi sendiri.
Punya kisah yang tak terucap,
Bergulir waktu tanpa berhenti.

Benturan jarum di setiap detik,
Terlupakan dalam hening malam.
Suaranya pelan, namun sarat makna,
Menyimpan kenangan yang selalu abadi.

Di balik kaca, retakan halus,
Seperti ingatan yang rapuh dan pudar.
Tangan yang dulu memakainya,
Kini tak lagi terjamah waktu.

Cincin debu menempel di sisi,
Melawan kekuasaan masa yang mengikis.
Setiap putaran menari dengan sunyi,
Seakan berbisik tentang perjalanan hidup.

Sekelilingnya berdebu dan terkubur,
Namun, siapa tahu apa yang disimpan?
Ia telah menyaksikan dunia berubah,
Meski terpendam dalam kekosongan laci.

Setiap detik yang pernah berjalan,
Menjadi kenangan yang jauh,
Namun, jam tangan itu tetap ada,
Dengan keberanian yang tak tampak jelas.

Pernah ia menjadi penunjuk waktu,
Bersama langkah kaki yang cepat.
Kini, ia diam, tak tergerak,
Menunggu pemiliknya yang tak kembali.

Tentu ada kisah dalam jarumnya,
Cinta, tawa, atau perpisahan yang pahit.
Terkubur dalam sisa usia,
Namun, tak akan pernah benar-benar mati.

Bukan sekadar logam dan kaca,
Namun simbol perjalanan hidup.
Jam tangan tua itu menjadi saksi,
Perjalanan hati yang telah lama terlupakan.

Di dalam laci yang penuh kenangan,
Jam itu tetap berdetak meski tanpa suara.
Seperti detak hati yang tak pernah padam,
Menyimpan waktu yang tak bisa diulang.

Namun kini, ia terlupakan,
Tak ada yang ingin menggenggamnya.
Sekeping waktu yang tak berarti,
Menyatu dengan ruang kosong yang ada.

Tapi, siapa tahu? Suatu saat nanti,
Ada yang akan menemukannya kembali.
Jam tangan tua itu akan bercerita,
Tentang waktu yang pernah ada, yang tak pernah pudar.

Seperti janji yang terlupakan,
Namun tak pernah benar-benar hilang.
Jam tangan tua di dalam laci,
Menunggu saatnya untuk dikenang.

Dan ketika saat itu tiba,
Jarum jam akan berdetak kembali.
Menyatukan masa lalu dengan masa depan,
Dalam satu detik yang tak pernah berhenti.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun