Mohon tunggu...
Rudi Sinaba
Rudi Sinaba Mohon Tunggu... Pengacara - Advokat - Jurnalis

Menulis apa saja yang mungkin dan bisa untuk ditulis.

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Temaram yang Mencekam

15 November 2024   09:07 Diperbarui: 15 November 2024   09:16 84
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Temaram yang Mencekam

Tiada yang lebih menakutkan dari bayang-bayang malam, dan gemuruh hati yang kelam,
Namun hidup tak akan berhenti walau jiwa tenggelam.

Tiada yang lebih menyenangkan dari hangat pelukan, dan bisikan lembut yang merayu,
Tapi sadarlah, semua itu fana, seperti kabut yang berlalu.

Tiada yang lebih dingin dari hembusan angin sepi, dan rindu yang tak terjawab,
Namun hidup tak bisa berhenti, meski harap telah menguap.

Tiada yang lebih menyakitkan dari pengkhianatan cinta, dan dusta yang tersimpan,
Namun hidup tak memberi jeda, meski luka terus terpendam.

Tiada yang lebih menenangkan dari cahaya fajar, dan doa yang tulus terucap,
Namun hidup tak selalu adil, langkah kadang terperangkap.

Tiada yang lebih menggetarkan dari petir di langit gelap, dan badai yang melanda,
Namun hidup terus berjalan, meski langkah tertatih dan terluka.

Tiada yang lebih menyedihkan dari air mata yang jatuh, dan harapan yang sirna,
Namun hidup takkan henti berputar, seakan tak peduli derita.

Tiada yang lebih indah dari senyum pagi, dan nyanyian burung di ranting,
Namun sadarlah, semuanya sementara, tak ada yang abadi dalam genggaman.

Tiada yang lebih suram dari malam yang pekat, dan sunyi yang membungkam,
Namun hidup tak memberi jeda, meski hati terasa tenggelam.

Tiada yang lebih mencekam dari kesunyian sendiri, dan bayang-bayang yang mengejar,
Namun hidup terus berputar, tak peduli siapa yang tertinggal.

Tiada yang lebih menyesakkan dari penyesalan yang terpendam, dan asa yang hilang,
Namun hidup tetap berjalan, meski harapan telah musnah.

Tiada yang lebih menyenangkan dari tawa bersama, dan canda penuh kasih,
Namun sadarlah, semua itu hanyalah momen singkat yang berlalu.

Tiada yang lebih menakutkan dari kesendirian abadi, dan malam tanpa cahaya,
Namun hidup tak memberi kesempatan, walau jiwa menangis tanpa suara.

Tiada yang lebih damai dari pelukan ibu, dan doa yang tulus dari ayah,
Namun sadarlah, semua ada akhir, meski kenangan selalu membekas.

Tiada yang lebih mencekam dari temaram yang kelam, dan waktu yang berlari,
Namun hidup takkan berhenti, hingga saat napas terakhir pergi.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun