Tutuplah telinga dan dengarlah, maka kau akan
Menemukan suara alam yang tak pernah bohong,
Bisikan angin, riuhnya dedaunan,
Suara-suara lembut, yang selama ini kau abaikan.
Tutuplah telinga dan dengarlah, maka kau akan
Merasakan nyanyian hati yang lama terlupakan,
Kebenaran yang menari di balik bising dunia,
Menghantarkanmu pada kedamaian hakiki tanpa kata.
Tutuplah telinga dan dengarlah, maka kau akan
Mendengar lirih tangisan langit,
Air mata yang jatuh sebagai hujan,
Menyejukkan luka-luka yang tak tampak di permukaan.
Tutuplah telinga dan dengarlah, maka kau akan
Mengerti pesan sunyi dalam kesendirian,
Sebuah pelajaran tentang cinta dan kehilangan,
Yang terbisikkan lewat keheningan malam.
Tutuplah telinga dan dengarlah, maka kau akan
Mendengarkan langkah-langkah kecil waktu,
Menghitung detik yang pergi tanpa kembali,
Sadar bahwa hidup ini hanyalah sesaat yang fana.
Tutuplah telinga dan dengarlah, maka kau akan
Merasakan suara hatimu sendiri,
Yang sering terhimpit oleh gemuruh dunia,
Kini ia berbicara dengan jelas, tanpa ragu.
Tutuplah telinga dan dengarlah, maka kau akan
Menemukan kebenaran yang terselip di balik dusta,
Dunia yang penuh janji-janji kosong,
Akan terkuak saat sunyi menyentuh jiwamu.
Tutuplah telinga dan dengarlah, maka kau akan
Mendengar tangisan jiwa-jiwa yang terabaikan,
Mereka yang terpinggirkan dan terlupakan,
Menggapai uluran tangan yang tak pernah datang.
Tutuplah telinga dan dengarlah, maka kau akan
Meresapi simfoni alam tanpa orkestra,
Burung-burung bernyanyi di pagi hari,
Merayakan kebebasan dalam setiap desah nafas.
Tutuplah telinga dan dengarlah, maka kau akan
Menyadari arti cinta tanpa suara,
Dekapan hangat yang lebih bermakna,
Daripada ribuan kata-kata manis yang fana.