Mohon tunggu...
Rudi Sinaba
Rudi Sinaba Mohon Tunggu... Pengacara - Advokat - Jurnalis

Menulis apa saja yang mungkin dan bisa untuk ditulis.

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Pejamkan Mata dan Lihatlah. Oleh : Rudi Sinaba

14 November 2024   06:38 Diperbarui: 4 Desember 2024   16:31 762
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Pejamkan Mata dan Lihatlah

Pejamkan mata dan lihatlah ada terang,
Di balik kelopak yang terpejam malam.
Gelap yang seakan membutakan mata,
Namun di sanalah kita temukan cahaya.

Pejamkan mata dan lihatlah ada taman,
Bunga-bunga mekar di padang gersang.
Warna-warni tak terlihat oleh mata,
Namun terasa harum dalam setiap aroma.

Pejamkan mata dan lihatlah ada laut,
Ombaknya diam, namun riuh mengalun syahdu.
Di lautan tanpa air, kapal berlayar,
Membawa mimpi jauh hingga tak terukur.

Pejamkan mata dan lihatlah ada hujan api,
Dingin membakar hati yang merana sunyi.
Cahaya api itu membeku dalam nyala,
Menghangatkan jiwa yang lama telah hampa.

Pejamkan mata dan lihatlah ada bayang,
Wajah tanpa wujud muncul dalam pandang.
Mereka datang dari ruang tak bernama,
Mengucapkan salam dalam sunyi senja.

Pejamkan mata dan lihatlah ada jembatan,
Menghubungkan jurang antara masa lalu dan angan.
Langkah kita terasa berat di atasnya,
Namun kaki terus berjalan meniti tanpa henti.

Pejamkan mata dan lihatlah ada mentari,
Terbit di balik malam yang abadi.
Cahayanya tak memancar untuk mata,
Namun hangat menyentuh dasar hati yang luka.

Pejamkan mata dan lihatlah ada pohon,
Tumbuh tanpa akar, menjulang ke angkasa.
Daunnya rontok, namun tetap hijau,
Mengajarkan bahwa kekuatan ada di hati yang merindu.

Pejamkan mata dan lihatlah ada sungai,
Airnya tak mengalir namun membawa badai.
Menghanyutkan kenangan yang tenggelam,
Membawa kita menuju hari yang tak terjangkau malam.

Pejamkan mata dan lihatlah ada bayangan terang,
Di ruang gelap, ia berdiri tegar menjulang.
Ia bukan cermin, namun menampakkan diri,
Menghadirkan refleksi dari jiwa yang terperi.

Pejamkan mata dan lihatlah ada wajah,
Tanpa nama, tanpa bentuk, tapi penuh cerita.
Ia tersenyum dalam diam yang mengikat,
Menghapus sedih yang lama terpendam pekat.

Pejamkan mata dan lihatlah ada jalan,
Bersimpang lima, tak berujung di pandangan.
Kita berjalan tanpa tahu arah,
Namun langkah terus melangkah, mencari tempat singgah.

Pejamkan mata dan lihatlah ada kota,
Bangunan megah di tengah padang tak ada.
Di sanalah harapan dan ilusi berpadu,
Menjadi rumah bagi mimpi yang tak pernah henti berlagu.

Pejamkan mata dan lihatlah ada dunia,
Di mana langit merah bertemu lautan biru tua.
Di sana, semua yang tak ada menjadi nyata,
Menunjukkan keindahan dari hati yang terbuka.

Pejamkan mata dan lihatlah ada pagi,
Di dalam mimpi yang kita jaga dalam hati.
Saat mata terbuka, bawalah dunia itu,
Jadikan cahaya dalam hidup yang penuh ragu.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun