Mohon tunggu...
Rudi Sinaba
Rudi Sinaba Mohon Tunggu... Pengacara - Advokat - Jurnalis

Alamat Jln. Tj, Jepara No.22 Kota Luwuk Kab. Banggai, Provinsi Sulawesi Tengah.

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Buku Tua Tanpa Sampul

13 November 2024   14:21 Diperbarui: 13 November 2024   14:26 58
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Buku Tua Tanpa Sampul

Buku tua tanpa sampul, tersimpan di rak berdebu,
Menyimpan kisah-kisah lama, cerita waktu berlalu.
Halamannya kusam, tinta hampir pudar,
Namun jiwa kata-kata, masih jelas terasa bergetar.

Di balik lembar kertas, suara-suara tersirat,
Tentang hari-hari yang sirna, hilang tanpa jejak terlihat.
Tulisan tangan yang gemetar, penuh makna,
Seakan membisikkan rahasia, meski telah lama terlupa.

Tiada judul tercetak, tiada nama pengarang,
Hanya catatan hidup yang tergores, tanpa pamrih dan terang.
Buku tua ini saksi bisu, tentang kisah tak terucap,
Seperti langit yang menyimpan bintang dalam gelap.

Setiap lipatan halaman, adalah tanda tangan waktu,
Setiap noda di sana, adalah bekas hujan rindu.
Kertas yang menguning, aroma sejarahnya kental,
Membawa kenangan jauh, pada masa yang monumental.

Ada catatan tentang cinta yang tak tersampaikan,
Tentang pertemuan singkat, yang tak pernah dirayakan.
Ada kisah duka yang tak berujung, hanya desah,
Yang tak pernah diceritakan, hanya tersimpan di tanah basah.

Buku tua ini menyimpan tawa dan air mata,
Segala rasa yang pernah ada, tertulis apa adanya.
Di setiap halaman, ada perjalanan jiwa,
Mengembara tanpa arah, tanpa peta, tanpa nama.

Tanpa sampul, ia berdiri, telanjang di hadapan waktu,
Menghadapi nasibnya sendiri, tanpa siapa pun yang tahu.
Tiada pujian, tiada sanjungan, hanya sepi,
Namun ia tetap hidup, di balik sunyi yang abadi.

Bagai jiwa yang terlupakan, ia menanti dibaca,
Menunggu tangan yang lembut, membuka lembar sisa.
Ia adalah saksi hidup yang terdiam, membisu,
Tentang segala yang pernah ada, di masa yang kini berlalu.

Pada lembar terakhir, ada doa yang tertulis samar,
Entah untuk siapa, atau tentang cinta yang besar.
Seperti tangis yang tertahan, seperti harapan yang terpendam,
Semuanya terkubur di sana, dalam kata yang terbungkam.

Aku menyentuhnya perlahan, merasakan kisah yang hilang,
Buku tua ini berbicara, meski tak lagi lantang.
Ia adalah cermin dari waktu yang telah pergi,
Mengajarkan aku untuk menghargai setiap detik yang berarti.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun