Mohon tunggu...
Rudi Sinaba
Rudi Sinaba Mohon Tunggu... Pengacara - Advokat - Jurnalis

Alamat Jln. Tj, Jepara No.22 Kota Luwuk Kab. Banggai, Provinsi Sulawesi Tengah.

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Terjerat Hutang Rasa

13 November 2024   12:16 Diperbarui: 13 November 2024   12:18 57
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Terjerat Hutang Rasa1. Di persimpangan waktu aku terdiam,
Terperangkap dalam hutang rasa yang kelam,
Berjalan di jalan penuh bayangan,
Menanti jawaban dari kegalauan.

Kau datang membawa harapan manis,
Seperti senja yang membalut tangis,
Dalam pelukanmu aku terjerat,
Terlilit janji, hati pun terikat.

Kau ajarkan aku bahasa rindu,
Dengan kata-kata yang kau ukir halus,
Kini aku tertawan tanpa malu,
Menagih cinta yang kau beri tulus.

Semakin dalam aku tenggelam,
Dalam gelombang rindu yang tak terpadam,
Mengais jejak kenangan di malam,
Berharap asa tak hilang karam.

Rasa ini seperti bunga di gurun,
Tumbuh layu di bawah terik tanpa teduh,
Kau biarkan aku terjebak, terperangkap,
Dalam hutang rasa yang makin meremuk.

Bayangmu selalu hadir di setiap detik,
Menghantui hati dengan luka yang terhimpit,
Aku tak sanggup untuk berpaling,
Dari hutang rasa yang kau tanam dalam.

Cinta ini telah menjelma menjadi beban,
Mengikat erat seperti rantai yang tak terlepas,
Aku terjerat, menatap kosong,
Menagih hutang yang tak pernah usai.

 Apa ini hukuman bagi hati yang lemah?
Terjerat hutang rasa yang tak terbalas,
Aku menunggu jawaban yang tiada arah,
Dalam kesepian yang tak pernah terhenti.

Setiap janji yang kau bisikkan malam itu,
Menjadi hutang rasa yang tak berujung waktu,
Aku terjerat, terjebak dalam ilusi,
Menunggu cinta yang kau janji pasti.

Seperti angin, cintamu tak terjangkau,
Menyentuhku lembut, namun tak berlabuh,
Kau tinggalkan aku dengan luka yang membeku,
Terikat dalam hutang rasa yang tak terburu.

Aku menghitung hari demi hari berlalu,
Menanti kau kembali dengan cinta yang dulu,
Tapi yang tersisa hanya sepi menggantung,
Hutang rasa ini makin membengkak, tak pernah tuntas.

 Hatiku kini lelah, mengiba pada waktu,
Terjerat dalam penantian yang tak tentu,
Seakan kau lupa, akan hutang rasa ini,
Menghilang pergi, meninggalkan aku sendiri.

Aku bertanya pada malam yang sunyi,
Akankah hutang rasa ini terbayar nanti?
Atau hanya menjadi beban yang tak bertepi,
Hingga hati ini terurai sepi.

Kau buat aku menggantung di antara harap,
Dalam lingkaran rindu yang menghisap,
Hingga akhirnya aku lelah dan pasrah,
Merelakan cinta yang tak pernah berpijak.

Meski aku terjerat dalam hutang rasa ini,
Aku berusaha melepaskan, meski perih,
Melangkah perlahan, meninggalkan mimpi,
Membebaskan hati dari jeratan yang tak terlihat lagi.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun