Dalam ruang sunyi yang tak bernama,
Ada bayang melintas samar tanpa rupa,
Seperti bisikan angin tanpa suara,
Menggetarkan hati yang tak pernah lupa.
Ia datang dengan langkah perlahan,
Menyusuri jejak yang hilang di kejauhan,
Sosok bayang tanpa wajah dan senyuman,
Menyimpan rahasia yang teramat dalam.
Di balik kelamnya malam yang beku,
Ia menatap tanpa mata, tanpa ragu,
Hadirnya bagai bayang yang mengganggu,
Menyelimuti jiwa dalam selimut pilu.
Siapakah dia, sosok tanpa kata?
Menggugah tanya, membunuh asa,
Bayang tak bernama, tak berjiwa,
Namun kehadirannya nyata terasa.
Di balik tirai mimpi yang tak bertepi,
Bayang itu menari tanpa henti,
Menulis kenangan dalam sunyi,
Tentang cinta yang tertinggal sepi.
Tak terlukis wajah dalam ingatan,
Hanya bayang yang tinggal di kenangan,
Seolah ia hidup dalam kebisuan,
Mengisi ruang hati dengan kegelapan.
Setiap malam ia datang tanpa undangan,
Menuntun langkah ke jurang kenangan,
Bayang tanpa suara, tanpa ucapan,
Menjadi saksi bisu cinta yang hilang.
Di antara bayang dan kelam,Ia berdiri tegak, diam-diam,Menggenggam rasa yang tak terucap dalam malam,Seperti rahasia yang tersimpan dalam kelam.
Mungkin ia adalah masa lalu,
Yang tak pernah benar-benar berlalu,
Menghantui hari yang terus berlalu,
Mengiris hati yang mulai layu.
Wajahnya terhapus oleh waktu,
Namun bayangnya terus merindu,
Menjadi tanda dari luka yang mengganggu,
Hadir dalam setiap desah nafasku.