Berkaca Tanpa CerminDalam sunyi, aku berdiri,
Mencari diri dalam bayang yang hilang.
Tak ada cermin yang memantulkan,
Namun aku tahu, aku ada, di dalam diam.
Kaca pecah tak lagi berarti,
Bayanganku terpecah dalam angan.
Di dalam sepi, aku berkelana,
Mencari wajah yang hilang dalam masa.
Jalan panjang tanpa ujung,
Tanpa jejak, tanpa petunjuk.
Namun hatiku mengarah,
Ke titik yang tak bisa terlihat.
Berkaca tanpa cermin,
Apa yang tampak dalam pandang tak nyata?
Jiwa ini mencari dalam kegelapan,
Bukan rupa, tapi esensi yang tersembunyi.
Keheningan menggema dalam dada,
Suara hatiku tak terdengar dunia.
Namun di dalamnya, aku tahu,
Cinta dan luka bertemu dalam satu waktu.
Berkaca tanpa cermin,
Aku melihat siapa aku sebenarnya,
Bukan wajah yang tercetak di luar,
Namun jiwa yang berkelana tanpa batas.
Aku meraba, bukan dengan tangan,
Namun dengan pikiran yang tak terhenti.
Mencari jawaban dalam gelap,
Yang tak bisa dipahami oleh mata manusia.
Dalam setiap langkah, aku bertanya,
Apakah aku yang seharusnya?
Atau hanya bayangan dari mimpi yang tak selesai,
Mencari makna dalam dunia yang tak pasti.
Berkaca tanpa cermin,
Aku belajar menerima ketidakpastian.
Dalam ketidakjelasan, aku menemukan kedamaian,
Seperti langit yang tak memerlukan bintang.
Keberadaan ini tak selalu nyata,
Namun rasanya begitu penuh makna.
Di dalam hati yang luas, aku menemukan,
Aku adalah yang aku cari, yang tak tampak.
Dan dalam sunyi, aku terdiam,
Menyadari bahwa aku adalah bayanganku sendiri.
Berkaca tanpa cermin,
Aku menemukan diriku dalam bayang-bayang masa lalu.
Berkaca tanpa cermin,
Aku menyadari, tak selalu yang tampak itu sejati.
Yang penting adalah perjalanan,
Bukan tujuan yang tak terjangkau oleh mata.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H