Di langit malam yang sunyi,
Bulan menyinari alam yang sepi,
Namun ada yang tersembunyi,
Pelangi, cantik di balik sisi.
Tak tampak oleh mata biasa,
Hanya hati yang bisa rasa,
Keindahan yang tersembunyi,
Di balik bayang, ada harmoni.
Cahaya bulan memantul lembut,
Menyembunyikan warna yang subur,
Pelangi tak nampak langsung,
Namun dalam gelap, ia berbisik pelan.
Hadirnya samar, tak terlihat nyata,
Namun ada jejaknya di sana,
Menari di balik kabut malam,
Sebuah pelangi, sebuah damai yang dalam.
Setiap warna punya cerita,
Merah, kuning, hijau, biru, dan ungu,
Bertemu di titik yang tak terjamah,
Menyapa dunia dengan diam yang ragu.
Bulan yang bisu, tak bertanya,
Biarkan pelangi bicara dalam diam,
Membentang lembut dalam alunan waktu,
Mengiringi malam yang terus berlanjut.
Seperti harapan yang tertunda,
Di balik gelap, ada cahaya,
Tak selalu tampak dalam sorot mata,
Namun tetap ada, dalam jiwa yang percaya.
Pelangi di balik bulan,
Bukan hanya keindahan semata,
Melainkan misteri yang merasuk,
Mengajarkan kita tentang kesabaran.
Kadang, kita harus menunggu,
Dalam gelap yang sepi dan sunyi,
Untuk melihat warna yang bersinar,
Seperti pelangi yang menunggu di balik bulan.
Bulan yang tetap setia,
Walau tak ada yang menyapanya,
Tetap terang, tetap bersinar,
Menjaga pelangi yang tak terlihat nyata.
Jika malam mulai mereda,
Dan bintang pun mulai menepi,
Pelangi akan tetap tinggal di sana,
Dalam hati yang tak pernah pergi.
Mungkin tak semua orang tahu,
Pelangi ada di balik bulan yang pudar,
Namun bagi yang percaya,
Ia adalah keindahan yang abadi dan tak terlupakan.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H