Mohon tunggu...
Rudi Sinaba
Rudi Sinaba Mohon Tunggu... Pengacara - Advokat - Jurnalis

Alamat Jln. Tj, Jepara No.22 Kota Luwuk Kab. Banggai, Provinsi Sulawesi Tengah.

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Sekilas Tentang Peran Hakim Dalam Common Law System

8 November 2024   16:45 Diperbarui: 8 November 2024   17:07 11
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Hakim dalam sistem common law sering kali dituntut untuk menafsirkan teks hukum atau konstitusi yang ambigu. Dalam hal ini, mereka tidak hanya menerapkan hukum secara tekstual tetapi juga mempertimbangkan konteks sosial, budaya, dan perkembangan masyarakat.

Contoh:

Di Inggris, kasus Pepper v Hart (1993) menjadi preseden penting tentang bagaimana hakim dapat menafsirkan undang-undang dengan menggunakan catatan parlemen (Hansard) untuk menjelaskan maksud undang-undang tersebut. Sebelum kasus ini, hakim di Inggris cenderung menolak menggunakan sumber eksternal dalam menafsirkan teks hukum.

Di Amerika Serikat, kasus Roe v. Wade (1973) mengilustrasikan bagaimana Mahkamah Agung menafsirkan Konstitusi untuk memutuskan hak seorang wanita terhadap aborsi. Meskipun tidak ada klausul eksplisit dalam Konstitusi tentang aborsi, para hakim menafsirkan bahwa hak atas privasi yang dijamin oleh Amandemen Keempatbelas mencakup hak untuk melakukan aborsi.

Menurut Oliver Wendell Holmes Jr., seorang hakim terkenal di Mahkamah Agung Amerika Serikat, "The life of the law has not been logic; it has been experience." Holmes menekankan bahwa hukum berkembang melalui pengalaman dan adaptasi terhadap perubahan masyarakat, dan hakim memiliki peran penting dalam melakukan penafsiran ini.

3. Penggunaan Preseden dan Stare Decisis

Salah satu ciri khas sistem common law adalah penggunaan preseden. Prinsip stare decisis menyatakan bahwa keputusan pengadilan yang lebih tinggi menjadi panduan bagi pengadilan yang lebih rendah dalam kasus-kasus serupa. Ini memberikan kepastian dan konsistensi dalam penerapan hukum.

Contoh:

Di Inggris, putusan R v R (1991), di mana House of Lords (sekarang Supreme Court) memutuskan bahwa pemerkosaan dalam perkawinan adalah tindakan ilegal. Sebelum keputusan ini, pemerkosaan dalam pernikahan dianggap tidak mungkin secara hukum. Keputusan ini menjadi preseden yang diikuti oleh pengadilan-pengadilan lainnya, mengubah pandangan hukum terhadap hak perempuan dalam perkawinan.

Di Amerika Serikat, putusan Miranda v. Arizona (1966) menetapkan bahwa polisi harus memberi tahu tersangka tentang hak mereka saat penangkapan (Miranda Rights). Ini menjadi preseden yang diikuti oleh semua pengadilan di Amerika Serikat dalam kasus pidana.

Ahli hukum Inggris, Lord Denning, menyatakan bahwa "The doctrine of precedent is not a straitjacket, but a principle of guidance." Menurutnya, preseden adalah panduan bagi hakim tetapi bukan penghalang yang membatasi penafsiran hukum yang lebih adil dan relevan dengan perkembangan zaman.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun