Mohon tunggu...
Rudi Sinaba
Rudi Sinaba Mohon Tunggu... Advokat - Jurnalis

Menulis apa saja yang mungkin dan bisa untuk ditulis.

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Menggenggam Hampa

6 November 2024   21:56 Diperbarui: 6 November 2024   22:30 59
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Menggenggam Hampa

Di ujung malam, angin berbisik, Hampa memeluk erat, sunyi berteriak.

Jemari meraba bayang yang hilang, Seperti memegang angan, terurai tak tergenggam.

Langit kelam tak memberiku arah, Hanya bintang-bintang samar, awan-awan goyah.

Waktu terjebak di pusaran hati, Setiap detik menggigit, setiap nafas sunyi.

Harapan bagai hujan di musim kemarau, Menetes sebentar, hilang di tanah gersang yang parau.

Aku berdiri di atas abu memori, Mencari warna di balik kabut ilusi.

Cahaya bulan menari di atas samudra, Tapi jiwa ini tenggelam, seakan tiada makna.

Dalam gema rindu yang menghantam dada, Hampa menari, dengan sorak tak berdaya.

Setiap langkah menyusuri senja, Hanya menggema sunyi, tak ada asa.

Kupetik sajak dari rasa yang lemah, Namun ia terurai, hilang, melayang, menyerah.

Di ujung mimpi, kutemukan bayangmu, Tetapi aku tahu, hampa ini tetap milikku.

Menggenggam kosong, menatap gelisah, Pada akhirnya, aku dan hampa, seutuhnya pasrah.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun