Berikut adalah beberapa contoh nyata yang menggambarkan bagaimana teori atribusi berperan dalam rasionalisasi perilaku korup:
1. Pengalihan Tanggung Jawab:Â
Seorang pejabat publik yang terlibat dalam korupsi mungkin mengklaim bahwa mereka hanya mengikuti perintah atasan atau kebijakan yang ada. Misalnya, seorang pegawai pemerintah dapat mengatakan, "Saya tidak punya pilihan lain, semua orang di sekitar saya melakukannya juga. Jika saya tidak melakukannya, saya akan kehilangan pekerjaan."
2. Penolakan Korban:Â
Dalam kasus suap, seorang pengusaha mungkin merasionalisasi tindakan mereka dengan beralasan bahwa pihak yang mereka suap juga berperilaku tidak etis. Mereka mungkin berkata, "Mereka juga mengambil suap, jadi ini bukan masalah besar. Saya hanya melakukan apa yang perlu dilakukan untuk bersaing."
3. Justifikasi Berdasarkan Kondisi:Â
Seorang manajer yang menggelapkan dana perusahaan mungkin menganggap tindakannya sebagai "solusi sementara" untuk masalah keuangan pribadi. Misalnya, mereka bisa beralasan, "Saya terpaksa mengambil uang itu karena gaji saya tidak cukup untuk menghidupi keluarga saya. Ini hanya untuk sementara."
4. Loyalitas kepada Kelompok:Â
Dalam sebuah kasus di mana seorang anggota tim menggelapkan dana proyek, mereka mungkin merasionalisasi dengan menyatakan bahwa tindakan mereka demi kebaikan kelompok. Mereka dapat mengatakan, "Kami butuh uang ini untuk membayar tagihan proyek. Tanpa dana ini, seluruh tim akan terkena dampak negatif."
5. Justifikasi Moral:Â
Dalam situasi di mana seorang pejabat publik menggunakan anggaran untuk kepentingan pribadi, mereka mungkin berpendapat bahwa tindakan tersebut adalah untuk tujuan yang lebih besar. Misalnya, mereka bisa beralasan, "Saya menggunakan dana ini untuk meningkatkan fasilitas bagi masyarakat. Ini adalah langkah yang diperlukan meskipun terlihat buruk."