Itu adalah  paradoks keadilan,
Ironi atas kebenaran,
Kemarahan atas kezaliman,
Kekecewaan atas ketidakjujuran.
Di mana suara adil menghilang,
Saat kebenaran dipaksa berbalik,
Ketika kejujuran terkubur senyap,
Dan kezaliman berdiri congkak.
Berjalan di atas garis tipis,
Antara harapan dan kepedihan,
Di sanalah kebenaran berbisik,
Menguak luka di balik senyuman.
Namun, katakanlah benar bila salah,
Agar jiwa tak tenggelam dalam diam,
Karena dalam gelap, tetap ada sinar,
Menyusuri jalan menuju keadilan.
Dengar gemuruh suara tertindas,
Mencari tempat di dunia bising,
Di sana cahaya harapan terpendam,
Menanti hadirnya hati yang jujur.
Saat kebohongan menjadi mahkota,
Kita temukan makna yang terlupa,
Bahwa keadilan bukan sekadar kata,
Namun tindakan yang nyata terasa.
Angkat suara di sela ketakutan,
Tebas bayang kelam kepalsuan,
Karena kebenaran tak selamanya diam,
Ia menunggu keberanian menyambutnya.
Jangan biarkan bisikan hati tenggelam,
Bangkitkan mimpi yang sudah terpendam,
Katakanlah benar, walau itu pahit,
Sebab keadilan layak diperjuangkan.
Katakanlah benar bila salah salah,
Maka bumi akan bangkit melawan,
Katakanlah benar bila salah salah,
Maka sungai akan mengalir ke hulu.
Katakanlah benar bila salah salah,
Maka laut akan bergelora menerjang,
Sebab alam tahu batas kesabaran,
Dan keadilan pun takkan diam berulang.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H