Di era digital ini, kita tidak bisa memungkiri bahwa kecerdasan buatan (AI) telah menjadi bagian integral dari kehidupan sehari-hari kita. Dari asisten virtual di ponsel hingga algoritma yang mengatur konten di media sosial, AI terus belajar dan beradaptasi dengan data baru. Fenomena ini mengajak kita untuk merenungkan satu pertanyaan penting: apa yang bisa kita pelajari dari AI tentang pentingnya pelatihan yang berkelanjutan? Mari kita telusuri bagaimana pelatihan yang konsisten dapat meningkatkan kapasitas otak manusia dan mendukung pengembangan keterampilan dalam berbagai aspekÂ
kehidupan Neuroplastisitas: Dasar Ilmiah Perkembangan Otak
Otak manusia adalah organ yang luar biasa. Kemampuannya untuk beradaptasi dan berubah, dikenal sebagai neuroplastisitas, adalah kunci bagi pembelajaran dan perkembangan keterampilan. Menurut penelitian yang dilakukan oleh neuroscientists, neuroplastisitas memungkinkan otak untuk membentuk sambungan baru antar neuron sebagai respons terhadap pengalaman baru. Ini berarti, setiap kali kita terlibat dalam pelatihan, kita tidak hanya memperkuat keterampilan yang ada, tetapi juga membentuk fondasi untuk kemampuan baru.
Misalnya, studi oleh Merzenich et al. (1996) menunjukkan bahwa pelatihan yang terfokus dapat mengubah representasi sensorik di otak. Ketika individu berlatih menggunakan keterampilan tertentu, jalur saraf yang terkait menjadi lebih kuat dan efisien. Dengan kata lain, otak kita "berlatih" sama seperti kita berlatih dalam keterampilan fisik.
Pembelajaran Berbasis Aktivitas dan Keterlibatan
Teori pembelajaran kognitif menjelaskan bahwa individu belajar dengan lebih baik melalui pengalaman aktif. Ini adalah prinsip yang sama yang diterapkan dalam pelatihan AI: model AI dilatih melalui pengalaman dari data yang terus menerus diperbarui. Sebuah studi oleh Schunk dan Zimmerman (2008) menunjukkan bahwa pembelajaran berbasis aktivitas tidak hanya meningkatkan pemahaman, tetapi juga memfasilitasi transfer pengetahuan ke situasi baru.
Misalnya, seorang musisi yang terus berlatih memainkan alat musiknya tidak hanya menjadi lebih baik dalam teknik, tetapi juga dapat menerapkan pengetahuan musiknya dalam menciptakan komposisi baru. Hal yang sama berlaku untuk individu yang terlibat dalam pelatihan berbasis aktivitas di bidang profesional, seperti dalam dunia kedokteran atau teknik.
Efek Pelatihan Terhadap Memori
Salah satu aspek penting dari pelatihan berkelanjutan adalah dampaknya terhadap memori. Penelitian menunjukkan bahwa pelatihan yang konsisten dapat meningkatkan kapasitas memori dan kemampuan pengolahan informasi. Cepeda et al. (2006) menemukan bahwa pembelajaran terdistribusi, di mana pelatihan dilakukan secara teratur dalam jangka waktu yang lebih lama, menghasilkan hasil yang lebih baik daripada sesi pelatihan maraton.
Bayangkan seorang pelajar yang belajar untuk ujian dengan cara menyebarkan waktu belajarnya daripada menghabiskan waktu berjam-jam dalam satu sesi. Metode ini memungkinkan informasi tersimpan lebih baik dalam memori jangka panjang dan mengurangi risiko lupa. Oleh karena itu, meniru strategi ini dalam pelatihan profesional dan pendidikan bisa sangat bermanfaat.
Pembelajaran Sosial dan Kolaboratif
Selain itu, teori pembelajaran sosial menyoroti pentingnya interaksi sosial dalam proses belajar. Albert Bandura, dalam teorinya, menjelaskan bahwa individu dapat belajar melalui pengamatan dan imitasi dari orang lain. Dalam konteks pelatihan, kolaborasi dengan rekan-rekan atau mentor tidak hanya memperkaya pengalaman belajar tetapi juga menciptakan lingkungan yang mendukung.
Misalnya, dalam pelatihan tim olahraga, anggota tim belajar satu sama lain melalui praktik dan pertandingan. Hal ini menciptakan sinergi yang meningkatkan performa keseluruhan tim. Di dunia profesional, kolaborasi antar anggota tim dapat mempercepat penguasaan keterampilan dan pengetahuan baru.
Program Pelatihan Berkelanjutan
Banyak perusahaan terkemuka telah menerapkan program pelatihan berkelanjutan untuk meningkatkan keterampilan karyawan mereka.Â
1. Google, misalnya, dikenal dengan pendekatan pelatihannya yang mengutamakan pengembangan berkelanjutan. Melalui program g2g (Googler-to-Googler), karyawan diberdayakan untuk saling mengajari satu sama lain, menciptakan budaya belajar yang berkelanjutan. Hal ini tidak hanya meningkatkan keterampilan individual tetapi juga meningkatkan kerjasama dan inovasi di perusahaan.
2. IBM: Perusahaan teknologi global ini dikenal dengan program pelatihan berkelanjutan yang disebut IBM Skills Academy. Program ini menyediakan berbagai kursus dan sertifikasi dalam teknologi terbaru, seperti kecerdasan buatan, cloud computing, dan analisis data. Karyawan didorong untuk mengikuti pelatihan ini secara berkala, dan mereka bahkan memiliki kesempatan untuk berkolaborasi dalam proyek nyata yang berkaitan dengan teknologi terkini. Hal ini membantu IBM tetap berada di garis depan inovasi dan memberikan karyawan keterampilan yang relevan di pasar yang terus berubah.
3. Â Amazon: Di Amazon, pelatihan berkelanjutan juga menjadi bagian integral dari budaya perusahaan. Program Upskilling 2025 yang diluncurkan bertujuan untuk melatih lebih dari 100.000 karyawan untuk pekerjaan yang lebih teknis dan berbasis teknologi selama lima tahun ke depan. Program ini mencakup pelatihan dalam bidang seperti kecerdasan buatan, analisis data, dan cloud computing. Dengan memberikan kesempatan kepada karyawan untuk terus belajar, Amazon tidak hanya meningkatkan keterampilan karyawan, tetapi juga memastikan bahwa mereka siap menghadapi tantangan industri masa depan.
4. Starbucks: Starbucks menerapkan pendekatan yang sama dalam pelatihan karyawan mereka. Melalui program College Achievement Plan, Starbucks menawarkan kesempatan bagi barista dan manajer untuk mendapatkan pendidikan perguruan tinggi secara gratis. Program ini tidak hanya meningkatkan keterampilan kerja mereka tetapi juga memberikan kesempatan untuk pengembangan karir jangka panjang. Karyawan yang merasa didukung dalam pendidikan mereka cenderung lebih terlibat dan loyal, yang pada gilirannya meningkatkan kualitas layanan pelanggan di toko-toko.
5. Microsoft: Microsoft menerapkan filosofi "learn-it-all" yang mendorong karyawan untuk terus belajar dan mengembangkan diri. Program pelatihan mereka tidak hanya mencakup kursus formal, tetapi juga mendorong karyawan untuk terlibat dalam proyek lintas departemen yang memungkinkan mereka untuk belajar dari rekan kerja. Microsoft juga memiliki platform pembelajaran daring, Microsoft Learn, yang menyediakan akses ke berbagai sumber daya dan kursus terkait teknologi terkini. Dengan demikian, karyawan terus meningkatkan keterampilan mereka sambil berkontribusi pada proyek nyata di perusahaan.
Kesimpulan
Mengamati bagaimana AI dilatih dan berkembang memberi kita wawasan berharga tentang pentingnya pelatihan yang berkelanjutan dalam kehidupan manusia. Dengan memanfaatkan prinsip-prinsip neuroplastisitas, pembelajaran berbasis aktivitas, dan kolaborasi sosial, kita dapat mengoptimalkan kemampuan belajar kita. Seperti AI yang terus belajar dari data baru, kita pun harus terus berinvestasi dalam pelatihan dan pengembangan diri. Dengan begitu, kita dapat memastikan bahwa otak kita tidak hanya berkembang, tetapi juga mampu beradaptasi dengan cepat terhadap tantangan dan peluang baru di dunia yang terus berubah ini.
Dengan mengadopsi pendekatan pelatihan berkelanjutan, kita tidak hanya meningkatkan keterampilan kita, tetapi juga membuka pintu menuju kemungkinan baru dalam hidup kita. Jadi, mari kita terus belajar, berlatih, dan beradaptasi, persis seperti yang diajarkan oleh AI.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI