Mohon tunggu...
Rudi Sinaba
Rudi Sinaba Mohon Tunggu... Pengacara - Advokat - Jurnalis

Menulis apa saja yang mungkin dan bisa untuk ditulis.

Selanjutnya

Tutup

Filsafat

Mengenal Lebih Dekat Bertrand Russell Si "Pencipta Tuhan"

27 Oktober 2024   12:36 Diperbarui: 27 Oktober 2024   12:39 118
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Pengantar

Bertrand Russell, seorang filsuf, matematikawan, dan penulis asal Inggris, dikenal luas karena pandangannya yang kritis terhadap agama dan keberadaan Tuhan. Ia sering dijuluki sebagai "pencipta Tuhan" oleh beberapa kalangan, bukan karena ia mengklaim sebagai pencipta Tuhan, tetapi karena pandangannya tentang bagaimana manusia menciptakan konsep ketuhanan melalui kebutuhan psikologis dan sosial. Dalam tulisan ini, kita akan mengeksplorasi pandangan Russell mengenai Tuhan, bagaimana konsep ini berkembang dalam sejarah, dan relevansinya dengan pengalaman manusia, terutama dalam menghadapi penderitaan, penyakit, dan kematian.

Biografi Singkat Bertrand Russell

Bertrand Russell lahir pada 18 Mei 1872, di Trellech, Monmouthshire, Wales. Ia berasal dari keluarga aristokrat; kakeknya adalah Perdana Menteri Inggris, Lord John Russell. Russell menempuh pendidikan di Trinity College, Cambridge, di mana ia belajar di bawah bimbingan tokoh-tokoh penting dalam filsafat dan matematika, seperti G.E. Moore dan Gottlob Frege.

Russell dikenal sebagai salah satu pendiri logika modern dan memiliki kontribusi besar dalam bidang filsafat analitik. Karya terkenalnya, Principia Mathematica (ditulis bersama Alfred North Whitehead), berupaya untuk mendasari matematika pada logika. Selain itu, ia juga menulis banyak esai dan buku tentang filsafat, matematika, etika, dan politik.

Sebagai seorang filsuf dan aktivis, Russell dikenal karena pandangannya yang kritis terhadap agama, perang, dan ketidakadilan sosial. Ia adalah seorang pacifis dan vokal dalam menentang Perang Dunia I dan Perang Nuklir. Karya-karyanya seperti Why I Am Not a Christian dan A History of Western Philosophy menunjukkan pandangan skeptisnya terhadap agama serta kontribusinya dalam pemikiran sosial dan politik.

Russell menerima Hadiah Nobel dalam Sastra pada tahun 1950 atas tulisan-tulisannya yang mempromosikan kemanusiaan dan kebebasan pemikiran. Ia meninggal pada 2 Februari 1970, di usia 97 tahun, meninggalkan warisan pemikiran yang mendalam dan memengaruhi banyak bidang, termasuk filsafat, sains, dan politik.

Tuhan sebagai Konstruksi Pikiran Manusia

Russell berpendapat bahwa Tuhan bukanlah entitas yang ada secara objektif, melainkan hasil dari konstruksi mental manusia, inilah alasan mengapa Russell dijuluki "Pencipta Tuhan".  Dalam esainya yang terkenal, Why I Am Not a Christian, ia menekankan bahwa keyakinan terhadap Tuhan sering kali tidak memiliki dasar yang kuat dalam logika atau bukti empiris. Sebaliknya, ia melihat bahwa banyak ide tentang Tuhan lahir dari kebutuhan manusia untuk memahami dan mengontrol dunia yang kompleks dan penuh ketidakpastian.

Pandangan ini dapat ditelusuri melalui mitologi dan agama-agama kuno, di mana dewa-dewa diciptakan sebagai representasi dari fenomena alam dan aspek kehidupan sehari-hari. Dalam mitologi Yunani, misalnya, dewa-dewi seperti Zeus dan Poseidon mencerminkan usaha manusia untuk menjelaskan kekuatan alam. Demikian pula, dalam mitologi Mesir, dewa seperti Ra dan Osiris muncul dari kebutuhan untuk memahami siklus kehidupan dan kematian.

Penderitaan dan Kematian

Salah satu aspek penting dari pengalaman manusia adalah penderitaan, penyakit, dan kematian. Dalam konteks ini, konsep Tuhan sering kali digunakan untuk memberikan penjelasan dan harapan. Banyak ajaran agama muncul sebagai respons terhadap ketakutan mendalam akan kematian dan ketidakpastian tentang apa yang terjadi setelahnya. Dalam banyak tradisi keagamaan, ada janji tentang kehidupan setelah mati, kebangkitan, atau keberadaan surga dan neraka, yang memberikan harapan bagi individu yang menghadapi kesedihan dan kehilangan.

Naluri manusia untuk bertahan hidup dan keinginan untuk melampaui kematian mendorong penciptaan ide tentang keabadian. Keyakinan bahwa ada kehidupan setelah mati membantu menjawab kekhawatiran mendalam tentang kehilangan dan pemenuhan keinginan naluriah manusia untuk hidup abadi. Misalnya, dalam agama-agama monoteistik seperti Kristen dan Islam, ajaran tentang kehidupan setelah mati menjadi inti dari iman, memberikan makna pada penderitaan dan memperkuat keyakinan akan keadilan di dunia ini.

Norma Moral dan Etika

Konsep tentang kehidupan setelah mati juga memainkan peran penting dalam membentuk norma moral dan etika dalam masyarakat. Keyakinan akan konsekuensi moral dari tindakan di dunia ini, seperti ganjaran di surga atau hukuman di neraka, dapat berfungsi sebagai alat untuk mengatur perilaku sosial. Ini membantu masyarakat untuk mempertahankan ketertiban dan mendorong individu untuk bertindak dengan cara yang dianggap baik.

Dalam banyak kasus, keyakinan pada Tuhan dan kehidupan setelah mati memberikan penghiburan dalam menghadapi tragedi. Keyakinan bahwa ada sesuatu yang lebih besar dari kehidupan ini dan bahwa hubungan dengan orang yang telah meninggal dapat dilanjutkan dalam bentuk lain memberi rasa damai dan harapan bagi banyak orang.

Kesimpulan

Pandangan Bertrand Russell mengenai Tuhan sebagai konstruksi psikologis mencerminkan pemahaman yang mendalam tentang pengalaman manusia. Ia menunjukkan bahwa kebutuhan untuk menjelaskan penderitaan, penyakit, dan kematian serta naluri untuk hidup abadi berkontribusi pada pembentukan konsep ketuhanan. Melalui mitologi dan tradisi keagamaan, kita dapat melihat bagaimana manusia menciptakan dewa-dewa dan ajaran-ajaran spiritual sebagai cara untuk memahami dunia dan menghadapi ketidakpastian.

Dengan menggali lebih dalam pandangan Russell, kita dihadapkan pada pertanyaan yang mendasar tentang keberadaan Tuhan dan bagaimana manusia memberikan makna pada pengalaman hidup. Dalam dunia yang terus berkembang dan berubah, refleksi ini penting untuk memahami hubungan kita dengan konsep ketuhanan, moralitas, dan kehidupan itu sendiri. Russell, dengan pandangannya yang tajam, mengajak kita untuk berpikir kritis dan mempertimbangkan kembali asumsi-asumsi yang telah lama kita pegang tentang Tuhan dan eksistensi kita di dunia ini.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun