Kant:
"Jika sejarah dan masyarakat menjadi panduan kita, kita akan terseret oleh arus dan kehilangan kebenaran. Saya kira, prinsip universal harus lebih diutamakan. Sebuah moralitas yang didasarkan pada kebenaran mutlak memberi kita landasan kokoh yang tak tergoyahkan oleh arus sejarah."
Hegel:
"Tetapi, Kant, jika prinsip-prinsip itu tidak pernah diuji melalui dialektika sejarah, bagaimana kita bisa tahu prinsip tersebut benar? Moralitas yang ideal adalah moralitas yang lahir dari proses perdebatan, dari pengalaman, dari benturan-benturan sosial. Inilah yang memberi arti pada prinsip-prinsip moral."
Aristoteles (tertawa kecil, lalu menutup debat):
"Hadirin sekalian, ini benar-benar diskusi yang mengesankan. Kant menekankan bahwa moralitas harus dibangun dari prinsip-prinsip universal dan absolut, seperti bintang tetap yang memandu arah kita. Hegel menekankan bahwa moralitas adalah sesuatu yang berkembang melalui sejarah, seperti sungai yang selalu mengalir dan berubah. Keduanya benar-benar menggugah pikiran kita.
Namun, mari kita pikirkan ini: jika moralitas benar-benar mutlak dan tak berubah, mengapa sejarah menunjukkan bahwa pemahaman kita terus berkembang? Dan jika moralitas hanya hasil dari sejarah, apakah kita punya dasar yang kokoh untuk menilai benar dan salah?
Jadi, mungkin di sini kita tinggalkan debat ini dengan satu tantangan: Bisakah kita menemukan moralitas yang abadi dan universal, namun tetap dapat berkembang seiring waktu? Atau, akankah kita selalu berada dalam tarikan antara keduanya? Saya serahkan kepada kalian semua untuk merenungkannya.
Dan, siapa tahu, mungkin di sinilah arti sesungguhnya dari moralitas, sebuah prinsip yang ditemukan, tapi juga dibentuk melalui waktu. Selamat malam, dan teruslah bertanya."
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H