Dalam konteks ini, Marx melihat agama sebagai bagian dari ideologi kapitalis yang berfungsi untuk memperkuat ketidakadilan ini. Agama memberikan ilusi bahwa penderitaan di dunia ini hanyalah sementara, dan mereka yang menderita akan diberi penghargaan di akhirat. Marx percaya bahwa agama membantu mempertahankan sistem kapitalisme dengan mencegah kaum pekerja dari menyadari eksploitasi mereka dan memberontak. Inilah mengapa agama, bagi Marx, bukan hanya "candu," tetapi juga alat kontrol sosial yang efektif.
Pendapat Marx tentang hubungan antara agama dan kapitalisme tidak hanya mendapat kritik dari para pendukung kapitalisme, tetapi juga dari filsuf modern. Jrgen Habermas, misalnya, berpendapat bahwa agama dalam masyarakat sekuler modern tidak lagi sepenuhnya berperan sebagai alat penindasan. Dalam karya-karyanya, Habermas mengakui bahwa agama tetap memiliki nilai penting dalam wacana publik dan sebagai bagian dari identitas budaya. Ini menantang gagasan Marx bahwa agama akan sepenuhnya hilang ketika struktur kapitalis lenyap.
3. Apakah Marx Menyerukan Ateisme atau Kritik terhadap Struktur Sosial?
Salah satu kesalahpahaman umum tentang pandangan Marx adalah bahwa ia menyerukan ateisme sebagai tujuan utama. Meskipun Marx sangat kritis terhadap agama, ia sebenarnya tidak menyerukan penghapusan agama secara langsung, melainkan penghapusan kondisi sosial yang membuat agama menjadi perlu. Bagi Marx, agama adalah cerminan dari penderitaan manusia dalam masyarakat yang tidak adil, dan ketika kondisi sosial yang menindas ini diubah, agama akan secara alami memudar karena orang tidak lagi memerlukan ilusi untuk mengatasi penderitaan mereka.
Ini berbeda dengan ateisme dogmatis yang menuntut penghapusan agama secara paksa. Marx lebih tertarik pada transformasi sosial yang mendalam, di mana manusia bisa hidup tanpa penindasan ekonomi dan sosial. Dalam kondisi seperti itu, menurut Marx, kebutuhan akan agama akan hilang dengan sendirinya. Oleh karena itu, Marx tidak fokus pada penghapusan agama itu sendiri, tetapi pada mengubah struktur kapitalisme yang eksploitatif.
Ahli filsafat politik Slavoj iek mendukung interpretasi ini, menyatakan bahwa kritik Marx terhadap agama bukanlah panggilan untuk menghilangkan agama melalui represi, tetapi melalui penciptaan masyarakat yang lebih adil. iek menganggap bahwa agama dalam konteks modern bisa memainkan peran kritis, tetapi ketika masyarakat mencapai emansipasi penuh, agama tidak lagi diperlukan sebagai pelarian dari realitas yang keras.
Kesimpulan:
Pandangan Karl Marx tentang agama sebagai "candu masyarakat" berakar dalam kritiknya terhadap kapitalisme dan struktur sosial pada masanya. Agama, bagi Marx, bukan hanya masalah spiritual tetapi juga ideologis alat yang digunakan oleh kelas penguasa untuk mempertahankan ketidakadilan sosial dan ekonomi. Namun, pandangan ini tidak hanya menempatkan Marx sebagai seorang ateis radikal yang menolak semua bentuk agama, melainkan sebagai seorang pemikir yang menginginkan perubahan struktur sosial yang mendalam. Melalui transformasi material dan sosial, Marx percaya bahwa agama tidak lagi akan diperlukan sebagai penghibur dari penderitaan yang disebabkan oleh eksploitasi kapitalis. Pandangan Marx ini tetap relevan dalam diskusi modern tentang hubungan antara agama, kapitalisme, dan keadilan sosial.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H