Jangan Patahkan Cangkul Kami, Hai Angkara Murka
Di tanah ini kami menabur harapan,
Cangkul di tangan, menyatu dengan perjuangan.
Namun kini suara kami tenggelam dalam derita,
Lahan hijau sirna, di bawah kekuasaan angkara murka.
Matahari membakar punggung yang tak gentar,
Keringat kami mengalir, tak pernah pudar.
Tetapi mesin-mesin besi merobek bumi,
Menghancurkan ladang, merenggut mimpi.
Kami, rakyat tani, penjaga harmoni,
Menyemai kehidupan di bawah langit negeri.
Tapi kini raksasa logam mencuri cahaya,
Menyisakan debu, menghanyutkan asa.
Jangan patahkan cangkul kami, hai angkara murka,
Di baliknya ada cinta, ada nyawa yang menyala.
Kami hanya ingin menggarap, memelihara warisan,
Tak ingin ditenggelamkan oleh kerakusan.
Tanah ini napas kehidupan yang berdegup,
Bukan harta yang bisa dijual dan direbut.
Kembalikan hak kami, jangan biarkan lenyap,
Dalam keserakahan yang tak terpuaskan.
Kami akan bangkit, menggenggam cangkul dengan tegar,
Melawan angkara murka yang mengoyak sabar.
Suara kami, meski tersembunyi di balik bising,
Kan terus menggema, melawan ketidakadilan yang licik.
Jangan patahkan cangkul kami, Hai Angkara Murka,
Dalamnya ada jiwa, ada jati diri.
Kembalikan tanah, kembalikan impian,
Agar anak cucu kami tak jatuh dalam kegelapan.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H