Mohon tunggu...
Rudi Sinaba
Rudi Sinaba Mohon Tunggu... Advokat - Jurnalis

Menulis apa saja yang mungkin dan bisa untuk ditulis.

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Sepiring Keringat dan Segelas Air Mata

16 Oktober 2024   14:36 Diperbarui: 16 Oktober 2024   15:17 43
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Se piring keringat, terhidang di meja,Lelah terukir di wajah tanpa cerita,Setiap suapan penuh getir dan luka,
Mengunyah harapan yang semakin sirna.

Segelas air mata, tak pernah tumpah,
Ditahan dalam dada yang telah pasrah,
Menanti janji, namun angin mengaburkan,
Tangisan sunyi, tak ada yang mendengarkan.

Di bawah langit kelabu yang tak mengenal,
Rakyat kecil berjuang dalam sunyi total,
Tertatih di jalan yang tak kunjung terang,
Menggenggam hari, meski esok tak terbayang.

Sementara itu di istana berpesta pora,
Gelas gemerlap, tawa menghias udara,
Di sana janji dan kata hanyalah mainan,
Tak tersentuh pedihnya beban kehidupan.

Di luar istana rakyat menunggu belas kasihan,
Berteduh di bawah langit penuh harapan,
Namun apa yang mereka terima, hanya tawa dan cerca yang menyakitkan.
Dalam hati rakyat berdoa semoga laknat jatuh di atas istana.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun