4. Catherine dari Aragon dan Henry VIII: Â Spanyol dan Inggris (1509)
Catherine dari Aragon, putri dari Raja Ferdinand dan Ratu Isabella, awalnya menikah dengan Arthur, putra mahkota Inggris. Namun, setelah Arthur meninggal, ia menikah dengan adik Arthur, Henry VIII.Â
Perkawinan mereka memicu krisis ketika Henry ingin menceraikan Catherine karena tidak bisa memberinya pewaris laki-laki. Ketika Paus menolak perceraian ini, Henry memutuskan hubungan dengan Gereja Katolik dan membentuk Gereja Inggris. Inilah yang memicu Reformasi Inggris, salah satu peristiwa paling signifikan dalam sejarah agama dan politik.
5. Napoleon Bonaparte dan Marie Louise:Â Perancis dan Austria (1810)Â
Setelah menceraikan istri pertamanya, Josephine, Napoleon Bonaparte membutuhkan pernikahan yang dapat memperkuat posisinya sebagai Kaisar Prancis. Dia menikahi Marie Louise, putri Kaisar Austria.Â
Pernikahan ini diharapkan bisa memperkuat hubungan Prancis dan Austria, serta memberi Napoleon pewaris laki-laki. Namun, meski sempat memperkuat kekuasaan Napoleon, aliansi ini tak mampu menyelamatkan Kekaisaran Prancis dari kehancuran. Napoleon akhirnya dikalahkan, dan Marie Louise kembali ke Austria.
6. Ratu Victoria dan Pangeran Albert: Inggris dan Jerman (1840)
Pernikahan Ratu Victoria dengan Pangeran Albert mungkin dimulai dari cinta, tetapi dampaknya sangat politis. Aliansi ini memperkuat hubungan antara Inggris dan Jerman, yang pada saat itu masih berupa negara-negara kecil.Â
Albert, yang menjadi konsultan politik Ratu Victoria, memainkan peran penting dalam diplomasi Inggris yang lebih damai di tengah ketegangan Eropa. Keturunan mereka menikahi keluarga kerajaan di seluruh Eropa, menjadikan Ratu Victoria "nenek Eropa" dan memastikan pengaruh keluarga Inggris tersebar di seluruh benua.
7. Grace Kelly dan Pangeran Rainier III: Monako dan Amerika Serikat (1956)
Perkawinan antara aktris Hollywood Grace Kelly dan Pangeran Rainier III dari Monako bukan hanya tentang cinta, tetapi juga tentang mempromosikan Monako sebagai pusat kemewahan di Eropa.Â