Mohon tunggu...
Rudi Sinaba
Rudi Sinaba Mohon Tunggu... Pengacara - Advokat - Jurnalis

Alamat Jln. Tj, Jepara No.22 Kota Luwuk Kab. Banggai, Provinsi Sulawesi Tengah.

Selanjutnya

Tutup

Filsafat

Hegel Vs Marx dalam Perang Dialektika. oleh : Rudi Sinaba

23 September 2024   22:52 Diperbarui: 24 September 2024   06:30 120
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Georg Wilhelm Friedrich Hegel dan Karl Marx adalah dua tokoh penting dalam sejarah filsafat yang meskipun memiliki pendekatan dialektika yang sama, namun berakar pada landasan pemikiran yang sangat berbeda. Hegel, seorang idealis, memandang realitas sebagai produk dari perkembangan ide-ide, sementara Marx, seorang materialis, menegaskan bahwa kondisi materi khususnya ekonomi adalah yang menentukan kesadaran dan perkembangan sejarah. Pertentangan antara idealisme Hegel dan materialisme Marx tidak hanya merupakan perdebatan akademis, tetapi juga memiliki implikasi yang mendalam bagi teori politik, ekonomi, dan perubahan sosial.

1. Dialektika Hegel: Ide dan Realitas

Hegel mengembangkan metode dialektika yang terkenal, di mana setiap ide (tesis) akan menghadapi kontradiksi (antitesis) yang kemudian melahirkan sintesis sebuah ide baru yang lebih tinggi. Dalam pandangan Hegel, realitas adalah hasil dari perkembangan ide yang terus-menerus. Sejarah, bagi Hegel, adalah proses rasional di mana semangat (geist) manusia mencapai kesadaran tertinggi melalui konflik dan resolusi.

Bagi Hegel, negara adalah manifestasi tertinggi dari kebebasan rasional. Dalam kerangka ini, individu menemukan identitas dan kebebasan mereka dalam struktur sosial dan politik yang diatur oleh hukum. Hegel percaya bahwa sejarah bergerak menuju tujuan yang jelas: kebebasan individu yang terwujud dalam bentuk negara yang rasional.

2. Materialisme Marx: Ekonomi sebagai Dasar.

Marx, di sisi lain, mengambil jarak dari pandangan idealis Hegel. Dalam karyanya, terutama dalam Das Kapital dan Manifesto Komunis, Marx menekankan bahwa kondisi material dan ekonomi, bukan ide, yang mendasari perubahan sosial dan sejarah. Menurut Marx, perjuangan kelas adalah motor penggerak sejarah. Ketika kelas pekerja (proletariat) menyadari keadaan mereka yang tertekan oleh kelas pemilik modal (borjuasi), mereka akan melakukan revolusi untuk menggulingkan sistem yang menindas.

Marx membalikkan dialektika Hegel dengan menekankan bahwa perubahan sosial dan sejarah dimulai dari kondisi material dan praktik kehidupan nyata, bukan dari ide. Dalam pandangan Marx, ide-ide sering kali merupakan produk dari keadaan material dan sering digunakan oleh kelas penguasa untuk mempertahankan dominasi mereka.

3. Pertentangan Dasar: Idealisme vs. Materialisme

Pertentangan fundamental antara Hegel dan Marx terletak pada sumber utama perubahan. Hegel melihat ide sebagai pendorong utama, sementara Marx menilai bahwa kondisi ekonomi dan material adalah kunci. Hegel percaya bahwa perkembangan ide membawa kepada peningkatan kebebasan, sedangkan Marx menekankan bahwa kebebasan tidak dapat dicapai tanpa mengubah struktur ekonomi yang menindas.

Kritik Marx terhadap Hegel tidak hanya bersifat teoritis, tetapi juga praktis. Marx berargumen bahwa ketidakadilan sosial dan ekonomi tidak dapat diselesaikan hanya dengan memahami ide-ide, tetapi memerlukan tindakan kolektif untuk mengubah kondisi material. Ini menciptakan perbedaan mendasar dalam pendekatan mereka terhadap perubahan sosial: Hegel bersikap lebih filosofis, sementara Marx lebih pragmatis dan revolusioner.

4. Implikasi dalam Teori dan Praktik

Pertentangan antara Hegel dan Marx memunculkan dua tradisi filsafat yang berbeda: idealisme dan materialisme. Idealisme Hegel memberikan dasar bagi banyak pemikir kontemporer yang mengeksplorasi tema kesadaran, identitas, dan sejarah sebagai produk ide. Di sisi lain, materialisme Marx mempengaruhi gerakan sosial dan politik, termasuk komunisme, sosialisme, dan berbagai bentuk aktivisme yang berfokus pada perubahan kondisi ekonomi dan kesejahteraan sosial.

Dalam konteks politik modern, ide-ide Marx tentang perjuangan kelas dan ketidakadilan sosial tetap relevan. Banyak gerakan sosial kontemporer mengadopsi prinsip-prinsip Marx untuk memperjuangkan hak-hak buruh, keadilan sosial, dan kritik terhadap kapitalisme.

Pertentangan antara ajaran Hegel dan Marx mencerminkan dua pendekatan yang berbeda dalam memahami dunia dan perubahan sosial. Sementara Hegel menekankan pentingnya ide dalam perkembangan sejarah, Marx menegaskan bahwa perubahan nyata hanya dapat terjadi melalui perubahan kondisi material. Keduanya menawarkan perspektif yang berharga, tetapi dengan fokus yang sangat berbeda. 

Pemikiran Hegel dan Marx terus menjadi landasan bagi diskusi filsafat dan politik, memberikan wawasan yang mendalam tentang hubungan antara ide, masyarakat, dan sejarah. Dalam dunia yang semakin kompleks, pemahaman tentang pertentangan ini menjadi semakin penting untuk merumuskan strategi perubahan yang efektif dan berkelanjutan.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun