Oligarki: Kebohongan yang Didukung Mayoritas
ManipulasiOleh : Rudi Sinaba
Pendahuluan
Kebohongan yang didukung oleh mayoritas tidak serta-merta menjadi kebenaran. Dalam konteks oligarki, kebohongan sering kali digunakan sebagai alat untuk mempertahankan dan memperluas kekuasaan. Oligarki, yang didefinisikan sebagai kekuasaan yang dikendalikan oleh segelintir elit kaya dan berpengaruh, kerap memanipulasi opini publik demi melindungi kepentingannya. Manipulasi ini sering kali menghasilkan ilusi bahwa kebohongan yang disebarkan oleh elit tersebut didukung oleh mayoritas, padahal dukungan tersebut sering kali palsu atau dimanipulasi secara sistematis.
Untuk memahami fenomena ini, kita perlu meninjaunya dari tiga perspektif: sosiologis, psikologis, dan filosofis. Pendekatan ini akan membantu mengungkap bagaimana kebohongan yang dipromosikan oleh oligarki tetap bertahan, meskipun berlawanan dengan kebenaran yang sebenarnya.
Perspektif Sosiologis: Dinamika Oligarki dan Kontrol Informasi
Dalam sosiologi, kekuasaan oligarki sering kali terwujud melalui kontrol terhadap sumber-sumber informasi dan wacana publik. Oligarki memiliki akses langsung ke media, lembaga pendidikan, dan politik, memungkinkan mereka untuk membentuk narasi yang menguntungkan kepentingan mereka. Kebohongan yang disebarkan oleh oligarki sering kali berakar pada kebutuhan mereka untuk mempertahankan dominasi ekonomi dan politik. Mereka menciptakan narasi yang menyesatkan publik, sering kali dengan memanfaatkan rasa takut atau aspirasi kolektif masyarakat.
Sosiolog Antonio Gramsci mengemukakan konsep hegemoni kultural, di mana kelompok dominan dalam masyarakat menggunakan kontrol budaya untuk meyakinkan kelompok lain bahwa kebohongan mereka adalah kebenaran yang tak terbantahkan. Dalam konteks ini, oligarki berfungsi sebagai agen hegemoni, yang mengatur persepsi publik agar kebijakan yang menguntungkan mereka dipandang sebagai demi kepentingan umum.
Sebagai contoh, oligarki sering kali menyebarkan narasi bahwa deregulasi ekonomi atau privatisasi aset-aset publik akan meningkatkan kemakmuran secara merata, padahal kenyataannya kebijakan tersebut lebih banyak menguntungkan segelintir elite dan memperlebar ketimpangan sosial. Melalui penguasaan media, mereka membentuk opini publik sehingga mayoritas mulai mempercayai kebohongan ini, meskipun faktanya adalah kebalikan.
Perspektif Psikologis: Konformitas, Bias, dan Ketundukan
Dari perspektif psikologis, kebohongan yang didukung mayoritas sering kali berkaitan dengan kecenderungan manusia untuk konformitas sosial. Penelitian oleh Solomon Asch tentang conformity menunjukkan bahwa individu lebih cenderung menyetujui pendapat mayoritas, bahkan ketika mereka tahu bahwa pendapat itu salah. Dalam konteks oligarki, kebohongan dipresentasikan sedemikian rupa sehingga terlihat diterima oleh mayoritas, dan individu yang meragukan kebohongan tersebut sering kali merasa tertekan untuk ikut menyetujuinya demi menghindari sanksi sosial atau politik.