sumber daya alamnya yang melimpah, telah menjadi salah satu negara penghasil mineral terbesar di dunia. Mulai dari batubara, nikel, timah, hingga emas, kekayaan ini telah mendorong laju pembangunan ekonomi yang pesat.Â
Indonesia, dengan kekayaanNamun, di balik pertumbuhan ekonomi tersebut, terdapat dilema besar yang mengancam masa depan: kita tidak sedang menyisakan sumber daya alam untuk anak cucu kita, melainkan mewariskan alam yang rusak. Dilema ini semakin nyata ketika kita melihat dampak buruk pertambangan yang merusak lingkungan dan keberlanjutan kehidupan generasi mendatang.
Kerusakan Lingkungan yang Tak Terhindarkan
1. Deforestasi dan Kehancuran Ekosistem
Pertambangan di Indonesia telah menyebabkan hilangnya jutaan hektar hutan tropis setiap tahunnya. Menurut data dari Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK), antara tahun 2010 hingga 2023, Indonesia telah kehilangan lebih dari 23 juta hektar hutan alam.Â
Deforestasi besar-besaran ini sebagian besar disebabkan oleh pembukaan lahan untuk tambang batubara dan mineral lainnya. Hutan yang rusak ini tidak hanya kehilangan nilai ekosistemnya, tetapi juga memusnahkan habitat satwa liar dan keanekaragaman hayati yang tak ternilai harganya.
2. Polusi Air dan Tanah
Salah satu dampak terbesar dari pertambangan adalah pencemaran air dan tanah. Limbah tambang yang mengandung bahan kimia beracun, seperti merkuri dan sianida, telah mencemari sungai-sungai dan lahan pertanian di berbagai wilayah.Â
Data dari WALHI (2023) menunjukkan bahwa 70% dari sungai di Kalimantan dan Sumatra telah tercemar oleh aktivitas pertambangan. Ini tidak hanya merusak ekosistem air, tetapi juga memengaruhi kehidupan masyarakat yang menggantungkan hidup pada air sungai tersebut.
3. Perubahan Bentang Alam dan Risiko  Bencana
Penggalian tambang skala besar mengubah topografi tanah, yang seringkali meningkatkan risiko bencana alam seperti banjir dan tanah longsor. Contoh nyata terlihat di Kalimantan Timur, di mana lubang-lubang bekas tambang yang tidak direklamasi menjadi "bom waktu" bagi penduduk sekitar. Setiap tahun, ada laporan tentang korban yang jatuh ke dalam lubang tambang terbuka yang dibiarkan begitu saja oleh perusahaan.
Dampak Sosial-Ekonomi Jangka Panjang
1. Kehilangan Mata Pencaharian dan Kesenjangan Ekonomi
Meskipun pertambangan seringkali dijual sebagai solusi untuk menciptakan lapangan pekerjaan dan meningkatkan kesejahteraan ekonomi, kenyataannya seringkali sebaliknya.Â
Masyarakat adat dan lokal sering kali kehilangan hak atas tanah dan sumber daya mereka, yang digantikan oleh industri yang hanya sedikit melibatkan mereka. Dengan rusaknya lahan pertanian dan perikanan, mata pencaharian tradisional terancam, sementara keuntungan utama dari pertambangan hanya dinikmati oleh segelintir elit ekonomi.
2. Ancaman yang Nyata Untuk Kesehatan Publik
Kontaminasi lingkungan akibat limbah tambang memiliki dampak kesehatan yang serius bagi masyarakat sekitar. Penyakit pernapasan, gangguan kulit, dan keracunan merkuri adalah beberapa masalah kesehatan yang umum ditemukan di wilayah-wilayah pertambangan. Dalam jangka panjang, masalah kesehatan ini dapat menurunkan kualitas hidup dan produktivitas manusia, sekaligus meningkatkan biaya kesehatan bagi negara.
Kita akan Mewariskan Alam yang Rusak untuk Generasi Mendatang
Indonesia saat ini berada di persimpangan jalan. Kita bisa memilih untuk terus mengekstraksi sumber daya alam dengan pendekatan "business as usual," yang mengorbankan lingkungan dan kesejahteraan jangka panjang, atau kita bisa mengambil langkah-langkah tegas untuk memastikan bahwa pembangunan ekonomi tidak merusak keberlanjutan ekosistem dan kehidupan generasi mendatang.
1. Kerusakan Ekosistem yang Tak Terpulihkan
Alam yang rusak sulit untuk dipulihkan kembali. Hutan yang telah hilang membutuhkan waktu puluhan hingga ratusan tahun untuk tumbuh kembali. Namun, kerusakan ekosistem yang parah sering kali tidak bisa pulih sepenuhnya. Hal ini mengancam kemampuan alam untuk menyediakan layanan ekosistem seperti penyediaan air bersih, pengendalian bencana alam, dan penyimpanan karbon.
2. Krisis Keberlanjutan Sumber Daya
Cadangan sumber daya alam seperti mineral dan batubara adalah terbatas dan tidak terbarukan. Jika terus dieksploitasi secara besar-besaran tanpa mempertimbangkan keberlanjutan, kita tidak hanya akan kehilangan aset berharga ini, tetapi juga akan menghadapi krisis energi di masa depan.
3. Moralitas dan Tanggung Jawab Antar Generasi
Ada pertanyaan mendasar tentang tanggung jawab moral kita kepada generasi mendatang. Apakah kita ingin mewariskan tanah yang subur dan air yang bersih kepada anak cucu kita, atau kita ingin mereka hidup di tengah ekosistem yang rusak dengan sumber daya yang kian menipis?
Membangun Masa Depan yang Berkelanjutan
Pemerintah, perusahaan, dan masyarakat harus berkolaborasi untuk mencari solusi yang lebih berkelanjutan. Reformasi kebijakan, pengawasan yang ketat terhadap praktik pertambangan, penerapan teknologi ramah lingkungan, serta penegakan hukum yang lebih tegas terhadap perusahaan tambang yang melanggar peraturan adalah langkah-langkah penting yang harus diambil.Â
Selain itu, keterlibatan masyarakat lokal dan adat dalam proses pengambilan keputusan juga harus diperkuat untuk memastikan bahwa pembangunan tidak hanya menguntungkan segelintir orang, tetapi juga memberikan manfaat bagi banyak pihak tanpa mengorbankan lingkungan.
Kesimpulan
Dilema pertambangan di Indonesia adalah peringatan keras bahwa kita sedang menuju arah yang berbahaya. Alih-alih menyisakan sumber daya alam untuk generasi mendatang, kita berisiko mewariskan alam yang rusak.Â
Jika tidak ada perubahan signifikan dalam cara kita mengelola dan mengekstraksi sumber daya alam, anak cucu kita akan menghadapi masa depan yang lebih sulit dan penuh tantangan. Oleh karena itu, penting bagi kita untuk mulai berpikir jangka panjang dan berkomitmen untuk mewariskan alam yang sehat dan berkelanjutan.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H