Edward de Bono, seorang pelopor berpikir kreatif, mengemukakan konsep Six Thinking Hats yang mengajak kita melihat sebuah masalah dari berbagai perspektif untuk membangun argumen yang lebih kuat dan holistik. Dalam konteks debat, ini berarti menggabungkan berbagai sudut pandang --- dari data statistik hingga pendapat ahli.
- Contoh Praktis: Dalam debat tentang "Apakah penggunaan kendaraan listrik harus diwajibkan untuk mengurangi polusi udara?" kita dapat menggabungkan:
 - White Hat (Fakta dan Data): Studi dari Badan Energi Internasional (2022) menunjukkan bahwa kendaraan listrik dapat mengurangi emisi gas rumah kaca hingga 60%.
 - Red Hat (Emosi dan Perasaan): Banyak penduduk perkotaan yang merasa terganggu dengan kualitas udara buruk dan ingin perubahan.
 - Black Hat (Kritik dan Risiko): Kendaraan listrik memiliki biaya awal yang tinggi dan infrastruktur pengisian daya yang belum merata.
 - Green Hat (Solusi Kreatif): Pemerintah dapat memberikan insentif pajak dan subsidi untuk mendorong adopsi kendaraan listrik.
 - Blue Hat (Kontrol Proses): Mengatur pembahasan dan merangkum semua perspektif untuk memastikan argumen terintegrasi dengan baik.
Dengan menggunakan pendekatan ini, argumen dalam debat menjadi lebih lengkap, tidak hanya berdasarkan data tetapi juga mempertimbangkan faktor emosional dan solusi praktis.
5. Membangun Kredibilitas dengan Ethos: Teori Retorika Aristoteles
Aristoteles juga mengemukakan bahwa ethos (kredibilitas) adalah kunci penting dalam memperkuat argumen. Ethos bukan hanya soal apa yang dikatakan, tetapi juga siapa yang mengatakan. Dalam debat, seseorang harus menunjukkan bahwa ia memiliki otoritas atau pemahaman mendalam tentang topik yang dibahas.
- Contoh Praktis: Jika Anda berdebat tentang "Apakah vaksinasi COVID-19 harus diwajibkan?", kutipan dari ahli seperti Dr. Anthony Fauci atau WHO akan meningkatkan kredibilitas argumen Anda. Selain itu, menyebutkan latar belakang akademis atau pengalaman praktis Anda sendiri yang relevan dengan topik akan memperkuat argumen Anda lebih jauh.
6. Menggunakan Pendekatan Naratif: Pendapat dari Walter Fisher
Walter Fisher memperkenalkan konsep narrative paradigm, yang menunjukkan bahwa manusia lebih terpengaruh oleh cerita dibandingkan dengan argumen logis yang kompleks. Dengan kata lain, cerita atau narasi yang kuat dapat membuat argumen lebih mudah dipahami dan diterima oleh audiens.
-Contoh Praktis: Dalam debat tentang "Apakah pendidikan seks harus diajarkan di sekolah-sekolah?", Anda bisa memperkuat argumen dengan menyajikan narasi tentang bagaimana kurangnya pendidikan seks di sekolah menyebabkan meningkatnya angka kehamilan remaja di sebuah kota. Narasi ini bisa lebih kuat dalam menarik perhatian audiens dibandingkan sekadar menyajikan data statistik.
Kesimpulan
Memperkuat argumen dalam debat memerlukan pemahaman yang mendalam tentang teori argumentasi dan pendekatan retorika. Dengan menggunakan model Toulmin, silogisme Aristoteles, falsifikasi Popper, pendekatan multi-perspektif de Bono, kredibilitas Ethos Aristoteles, dan pendekatan naratif Fisher, Anda dapat menyusun argumen yang lebih kuat, menarik, dan efektif. Menggabungkan teori dengan pendapat ahli dan studi kasus nyata akan membuat argumen Anda lebih sulit dibantah dan lebih persuasif di mata audiens.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H