Mohon tunggu...
Rudi Widodo
Rudi Widodo Mohon Tunggu... wiraswasta -

2002 Wiraswasta dalam electrical, 2006 sedang mengembangkan dalam bidang mekanikal, 2010 menuju ke implementasi tulis menulis, pingin bertukar pikiran dan pengalaman dengan sesama praktisi.

Selanjutnya

Tutup

Catatan

OJO KETINGGALAN

1 Mei 2012   01:57 Diperbarui: 25 Juni 2015   05:54 53
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Copy dan Paste dari tulisan Omjay http://hiburan.kompasiana.com/humor/2012/04/27/siapakah-orang-besar-dan-kuat-di-bank-indonesia/  “Siapakah orang kuat dan besar di Bank Indonesia?

Merekalah yang Mampu menulis setiap hari dengan jari jemari meski hanya sebelas

jari. Mampu melawan kemalasan diri. Berusaha keras menulis setiap hari. Tanpa

beban, dan tanpa sungkan untuk menerima kritikan. Bersyukurlah kepada orang

yang mengkritikmu. Dengan begitu engkau akan menjadi orang kuat dan orang besar

bukan hanya di Bank Indonesia,

tetapi juga dimana saja.”

Tulisan yang membangkitkan gairah untuk segera turut terjun

ke dunia tulis menulis setelah beberapa saat parkir. Semboyan ATM

(Amati-Tiru-Modifikasi) dari Dita Widodo http://edukasi.kompasiana.com/2012/04/21/ayo-menulis/

juga turut memacu semangat agar jangan ketinggalan jaman.

“Sama halnya

dengan belajar apapun, ternyata ATM ( Amati-Tiru-Modifikasi) juga efektif

diterapkan di sini. Cobalah membaca puisi karya orang lain, semacam Chairil

Anwar, atau mungkin penulis tak dikenal namun kita anggap hasil karyanya bagus.

Buatlah puisi yang hampir sama temanya, hampir sama bunyinya, namun kita

modifikasi/ gubah di sana sini sebagai ajang berlatih” dan saya tambahkan

jangan lupa mencantumkan sumber idenya guna saling menghargai terhadap sesama

penulis. Wong bis kota saja dilarang

saling mendahului, apalagi di dunia tulis menulis yang notebene adalah berisi

orang-orang beretika dan berpendidikan lebih. Pendidikan lebih tentunya tidak

hanya secara praktek sebagai alumni sebuah sekolah tapi minimal “lebih berani”

karena seabagai penulis adalah arena belajar dalam menyampaikan pesan dan ide

kita.

Kalau tidak
mulai sekarang kapan lagi, menulis itu ibaratnya seperti orang mau berhenti

merokok, kalau banyak alasan ya nggak jadi-jadi berhentinya. Kalau pingin

menulis tinggal tulis saja tidak perlu banyak alasan J. Kalau jaman dulu ada sahabat pena, kayaknya

sekarang perlu digalakkan “sahabat ketik” dan “salam ketik” masalahnya sekarang

sudah tidak pakai pena tapi ketak-ketik.

Salam ketik
J

 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Catatan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun