diterapkan di sini. Cobalah membaca puisi karya orang lain, semacam Chairil
Anwar, atau mungkin penulis tak dikenal namun kita anggap hasil karyanya bagus.
Buatlah puisi yang hampir sama temanya, hampir sama bunyinya, namun kita
modifikasi/ gubah di sana sini sebagai ajang berlatih” dan saya tambahkan
jangan lupa mencantumkan sumber idenya guna saling menghargai terhadap sesama
penulis. Wong bis kota saja dilarang
saling mendahului, apalagi di dunia tulis menulis yang notebene adalah berisi
orang-orang beretika dan berpendidikan lebih. Pendidikan lebih tentunya tidak
hanya secara praktek sebagai alumni sebuah sekolah tapi minimal “lebih berani”
karena seabagai penulis adalah arena belajar dalam menyampaikan pesan dan ide
kita.
Kalau tidak
mulai sekarang kapan lagi, menulis itu ibaratnya seperti orang mau berhenti