Tanggal 5 Oktober 2015 nanti TNI berusia 70 tahun. Tetap eksis sampai sekarang, walaupun berbagai lika-liku menyertai sepanjang usianya tersebut.
Dalam meniti karir sebagai anggota TNI peran para pihak sangat menentukan, termasuk istri. Terkait dengan itu, dua kisah singkat wanita yang cukup terkenal di kalangan TNI khususnya dan bangsa umumnya agaknya perlu kita ketengahkan bersempena dengan HUT TNI tersebut.
Annisa Pohan
Bertetangga asrama
Masuk ke luar asrama prajurit karena harus tinggal di sana menjadi bagian hidup model Annisa Pohan (330 yang bersuamikan Mayor (Inf) Agus Harimurti. Bukannya merasa sedih, Annisa malah senang menjalaninya.
“Sejak kecil saya dididik untuk bisa hidup, tinggal di mana saja. Saya malah senang tinggal di perumahan prajurit. Hubungan dengan tetangga lebih akrab. Beda banget dengan tinggal di rumah sendiri yang sama tetangga sering enggak kenal,” kata menantu Presiden ke-6 RI Susilo Bambang Yudhoyono.
Soal hidup di asrama, karena akrab dengan tetangga, jika sedang tidak punya garam atau kebutuhan dapur lain, ia cukup minta ke tetangga. “Bagi telur, dong, Gue kehabisan telur, tapi lagi malas ke luar, nih, lanjutnya menirukan kebiasaannya ke tetangga, sesama istri prajurit.
Sejak Agustus lalu, suami Annisa menjabat Komandan Batalyon Infantri Mekanis 203/Arya Kemuning, di Jatake, Kecamatan Jatiuwung, Kota Tangerang, Banten. Otomatis ia juga tinggal di sana. “Satu hal yang saya rasakan dari prajurit dan keluarganya, ketulusan mereka dalam mengabdi. Mereka tak mikir soal uang untuk urusan tugas. Itu sebabnya saya ingin mereka lebih sejahtera,” ujarnya.
***
Ani Yudhoyono
Romantika Istri Tentara
Suka duka yang dialami oleh Anisa Pohan, terlebih dahulu sudah dialami ibu mertuanya, Ani Yudhoyono. Bahkan, mungkin, keadaan yang dialami Ibu Ani Yudhoyono lebih “menyedihkan” lagi karena terjadi puluhan tahun yang lalu.
Jika Ani Yodhoyono punya guru yang tak lain ibunya sendiri, yang juga istri tentara, maka Anisa Pohan boleh jadi “digurui” ibu mertuanya itu, sebab orang tua Annisa Pohan bukan berlatar belakang keluarga tentara.
Dalam Bab 25 yang berjudul Romantika Istri Tentara, Ibu Ani Yudhoyono menuturkan, “Cintaku pada SBY tidak semata hanya direalisasikan dalam bentuk pendampingan, namun juga kesepahaman pada segala hasrat, jiwa, dan rasa bangga SBY pada kariernya. Dengan kata lain, aku harus ikut larut dalam kehidupan tugas-tugasnya pula.”
Ketika dia mulai menjalani hidup berumah tangga sebagai istri prajurit ibu kandungnya banyak memberikan nasehat, katanya, “Satu kalimat Ibu yang sangat aku ingat adalah, ‘Berusahalah hidup dengan gaji yang diberikan suami. Jangan menuntut lebih. Justru, bertanyalah pada suamimu jika suatu kali ia membawa uang lebih dari gajinya. Jaga agar suaminya tidak melakukan perbuatan yang salah dalam pekerjaannya. Niscaya, masa depan yang baik akan mengiringi karier suamimu.”
Penulis buku ini, Alberthiene Endah, dapat mendeskripsikan secara detail keadaan asrama, kehidupan dan romantika yang menyertainya. Terasa mengharukan.
Pendampingan Ibu Ani Yodhoyono sebagai istri prajurit dimulai ketika mereka tinggal di Kompleks asrama Batalyon 33o di Dayeuh Kolot.
“Hari pertama aku di sana (asrama tentara), salah satu ujian yang harus aku akrabi adalah kenyataan bahwa tidak ada kamar mandi pribadi di sana. Hanya ada beberapa kamar mandi umum bagi ratusan perwira dan bintara serta keluarga yang bermukim di sana”.
***
Puluhan kemudian. Hari ini. Kehidupan dan romantika asrama prajurit agaknya tidak jauh berbeda dengan apa yang dialami ibu Ani Yudhoyono puluhan tahun yang lalu.
Kisah Anisa Pohan dan Ibu Ani Yudhoyono sebagai istri prajurit mewakili kisah istri-istri prajurit TNI lainnya, yang tersebar di berbagai penjuru Nusantara, bahkan dunia.
Istri-istri prajurit TNI, bangsa, negara dan semuanya, tentu bangga mendengar kabar TNI masuk peringkat 6 besar dunia, walau dengan dukungan sumberdaya yang tidak terlalu besar.
Dirgahayu ke- 70 Tentara Nasional Indonesia.
Sumber:
1. Harian Kompas, Nama dan peristiwa (28/9/2015).
2. Alberthiene Endah, Ani Yudhoyono Kepak Sayap Istri Prajurit, Gramedia Pustaka Utama, Jakarta, 2010, cetakan pertama.
Poto-foto: Wikipedia
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H