I
Pacu Jalur
Tiga mata budaya Provinsi Riau diantaranya: Pacu Jalur dari Kabupaten Kuantan Singingi, Menumbai Petalangan dari Kabupaten Pelalawan, dan Koba Rokan dari Kabupaten Rokan Hulu dan Hilir, ditetapkan sebagai Warisan Budaya Tak Benda (WBTB) Indonesia. Penetapan tersebut dinyatakan dalam sidang Penetapan WBTB Indonesia 2015 yang dipimpin Ketua Tim Ahli WBTB Nasional kementrian pendidikan dan kebudayaan RI, Dr Pudentia MPSS, di Hotel Millenium Jakarta, Ahad (20/9) petang.
Dipaparkan Pudentia, berdasarkan verifikasi yang dilakukan tim ahli sejak awal tahun 2015 , ketiga matabudaya tak benda dari Provinsi Riau tersebut sudah memenuhi semua kriteria yang ditentukan oleh tim ahli bersama Kemendikbud. Di antaranya adalah kriteria keunikan, kelangkaan dan fungsinya sebagai pernyataan identitas masyarakat pendukungnya. “Namun demikian, untuk penetapan sebagai WBTB Indonesia perlu disetujui bersama seperti yang kita laksanakan hari ini.” Ujarnya.
Sementara itu, mewakili Riau untuk melengkapi penjelasan tim ahli tentang ketiga matabudaya itu, Budayawan yang kebetulan juga menjabat sebagai Ketua Harian Lembaga Adat Melayu (LAM) Riau, Dr Al azhar mengemukakan bahwa Koba, Pacu Jalur dan Menumbai Petalangan adalah di antara warisan Melayu di Riau yang penting dilestarikan untuk merawat kebhinekaan, tapi juga dikawasan setempat.
“Masing-masing matabudaya dari Riau itu memiliki “suara” yang khas dalam dinamika orkestrasi kebudayaan msaa kini,” kata Al azhar.
Koba Rokan, misalnya merekamkan ingatan komunitas disepanjang Rungai Rokan, yang disulam bersama harapan fantasi-fantasi sosial mereka.
Pacu jalur pula, hadir bukan hanya sebagai atraksi masyarakat Rantau Kuantan, tapi juga dalam prosesnya sebagai atraksi terdapat serangkaian kenduri sosial, tempat di mana kebersamaan dan ekspresi-ekspresi kebudayaan yang kompleks ditampilkan.
Sedangkan Menumbai Petalangan menegaskan dirinya sebagai teladan hubungan resiprokal antara manusia dengan lingkungan fisik, biologis, sosial, dan komposit.
“Dilihat dari kenyataan hari ini, Menumbai adalah gumpalan ironi bila dihadapkan dengan kehancuran ekologis di Riau hari ini,” Al Azhar.
II