Yukk kita coba baca dan pahami kalimat berikut..
Dewasa ini sebagai karyawan atau pekerja sulit sekali membedakan apakah pekerjaan yg kita kerjakan itu transaksional atau kita sudah "melacur"kan diri.
Bagi saya..sekali lagi.."bagi saya"
Ketika seseorang bekerja "profesional" sesuai aturan yg ada, dan mendapatkan bayaran...itu transaksional...dan wajar2 saja...
Tetapi ketika kita bekerja dan menerima bayaran untuk sesuatu pekerjaan yang kita tahu bahwa pekerjaan tersebut tidak sesuai aturan yg ada dan bahkan bertentangan dengan hati kecil kita sendiri,bagi saya itu "melacur"kan diri..
Dan uniknya..me-"lacur"kan diri seperti ini terkadang masih ada yg bisa membanggakannya bahkan mencari pembelaan untuk hal tersebut...
Laluu..bukankah ketika kita para pria me-"lacur"kan diri,maka kita juga menjadi pelacur"????
Sampai pada kalimat terakhir diatas..sadar atau tidak sadar,ketika pembaca meng-amini tulisan saya...maka kita sudab menjadi 2 golongan Fallacy (sesat berfikir)..
Saya sebagai penulis menjadi Sofisme dan pembaca yg meng-amini itu sebagai Paralogisme..
Sofisme selalu sadar bahwa pernyataan yg diberikan itu sesat berfikir dan digunakan untuk mempengaruhi orang lain
Sedangkan Paralogisme amengalami kesesatan berfikir,akibat dari salah pengambilan kesimpulan akibat kurangnya pemahaman dan ketelitian..
Mengapa demikian..karena ternyata faktanya dan terima atau tidak terima menurut kbbi,kata pelacur hanya diidentikkan dengan wanita...
Percaya tidak percaya,terima atau tidak terima,ternyata kita harus mengakui juga ahwa selama ini secara tidak sengaja kita sudah melakukan kesalahan fatal bagi semua perempuan..
Kalau untuk paragraph sependek itu saja butuh pendalaman yg lebih,lalu bagaimana dengan kutipan2,atau kalimat2 yg sekarang berseliweran di media sosial?????
Yup..dengan berkembangnya informasi dan semakin banyaknya informasi yg beredar,maka kita harus semakin banyak mengembangkan pengetahuan kita,agar tidak terjerumus kedalam kesesatan berpikir (fallacy)..
Ahhh..sudahlah,sudah waktunya ngopi...
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H