Mohon tunggu...
Coffeecopy
Coffeecopy Mohon Tunggu... Freelancer - A writer

Write what should be not forgotten

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan

Tak Semanis Kepulangan Returnis

13 Juli 2020   19:11 Diperbarui: 13 Juli 2020   19:03 98
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Keamanan. Sumber ilustrasi: PIXABAY/Pixelcreatures

Dunia dibuat kaget sekaligus 'gembira' dengan runtuhnya organisasi radikal ISIS pada tahun 2019 silam. Tidak terasa organisasi yang dideklarasi oleh sosok bernama Abu Bakar Al-Baghdadi harus pasrah diruntuhkan setelah bendera sempat 'berjaya' kurang lebih 5 tahun lamanya.

Tapi siapa sangka, masih banyak opini di luar sana yang menganggap  kekalahan ISIS tersebut tidaklah permanen adanya. Daya tarik ISIS tampak masih memesona. Terbukti kekuatan ISIS yang masih membahayakan ini diakui sendiri oleh Amerika Serikat, lantaran ISIS masih memiliki pemimpin, pasukan, fasilitator, sumber daya dan idiologi yang menjadi 'bahan bakar' utama gerakan radikal mereka. Singkatnya, 'sel-sel tidur' ISIS masih bergerilya di luar sana, mereka menunggu waktu untuk kembali menunjukkan aksinya.

Bangunnya Sel-Sel Pro ISIS yang Tertidur 

Hingga tahun 2020 ini, aksi 'sapu bersih' oleh Densus 88 terhadap sel-sel pro ISIS Indonesia masih terus dijalankan. Hal ini dilakukan agar peristiwa kelompok ISIS, seperti Jamaah Anshorud Daulah (JAD) yang merupakan 'serpihan' ISIS tidak lagi memiliki panggung di dunia per-teroris-an.

Kekhawatiran ini mucul mengingat salah satu aksi penangkapan besar-besaran setelah pengeboman bunuh diri pada bulan Mei 2018 di Surabaya, telah berhasil memuci emosi sel-sel pro ISIS Indonesia untuk lebih memberontak. Penangkapan terhadap koalisi pro-ISIS terbesar di Indonesia, yaitu Jamaah Ansharul Daulah (JAD), telah merusak struktur walaupun tetap meninggalkan beberapa unit teritorial yang tetap bertekad untuk bertindak sendiri (lone wolf). 

Hal ini disebabkan sel-sel pro ISIS di Indonesia memiliki 'kiblat' lain selain JAD, misalnya Jamaah Ansharul Khilafah (JAK). Namun di luar itu, muncul juga sel-sel pro ISIS yang mencoba untuk menemukan sesama jihadis melalui rekrutmen online maupun offline (a.k.a "sel-sel ISIS yang mandiri).

Komitmen Ke-radikal-an

Kemunculan sejumlah sel-sel ISIS mandiri di Indonesia harus diakui memang cukup signifikan dan 'kiblat' mereka sangat beragam. Meskipun begitu, komitmen mereka terhadap "kekerasan/radikal" nyatanya masih menjadi jati diri utama sebagai tanda pengenal mereka pada warga dunia.

Pihak keamanan Indonesia harus menyadari bahwa setelah peristiwa pengeboman di Sri Lanka, bangunan-bangunan rumah ibadah lain mungkin akan menjadi sasaran utama bagi anggota sel-sel ISIS. Meskipun Indonesia masih bisa dikatakan beruntung karena para teroris umumnya hanya memiliki sedikit pengalaman dibanding aksi radikal ISIS yang terjadi di negara lain.

Pertumbuhan sel-sel pro-ISIS yang mandiri di Indonesia tampak masih bersesuaian dengan pola lama. Sel-sel seperti itu telah muncul di masa lalu dari tindakan keras pemerintah terhadap kelompok dominan, persaingan pribadi di antara calon pemimpin, debat ideologis atau pun keinginan untuk menunjukkan komitmen terhadap rekan-rekan sesama jaringan. Noordin Top misalnya,  muncul dari gelombang penangkapan anggota Jemaah Islamiyah setelah bom Bali pada tahun 2002.

Selain itu, Jaringan Aman Abdurrahman muncul sebagai tantangan bagi Noordin Top dan perbedaan atas tujuan akhir serangan jihad. Munculnya sel-sel pro ISIS yang tidak terafiliasi terjadi setelah struktur JAD dihantam dengan lebih dari 300 penangkapan di sekitar Mei dan Desember 2018.  

Keberadaan sel-sel pro ISIS mandiri seperti ini nyatanya dapat menjadi catatan untuk kita semua, bahwa cepat atau lambat kemungkinan untuk meluncurkan serangan serupa bisa saja terjadi di tempat lain. Mungkin mudah untuk mengabaikan kompetensi teroris Indonesia, tapi selama mereka terus bersentuhan dengan ideologi ISIS, mereka tetap menjadi ancaman serius.

Saatnya Indonesia Memiliki Kebijakan Tegas

Ratusan orang Indonesia telah dideportasi dari Turki setelah mencoba bergabung dengan ISIS karena mereka tidak memiliki pengalaman bertempur, tapi mereka tidak juga dipulangkan ke tanah air. Terus, kemana dong mereka? Usut punya usut, mereka 'disimpan' di dalam tahanan Suriah Kurdi Pasukan Demokrat (SDF) dengan masa penahanan atau hukuman yang entah seperti apa.

Namun yang pasti, kini hanya ada satu hal yang tersisa. Yap! Sisa kepedihan tentang nasib anak-anak dan para perempuan WNI yang sudah terlanjur berada di sana (Suriah). Hal ini nyatanya menjadi dilema yang terus buat pemerintah 'galau' bukan kepalang. Saya pikir sudah saatnya ketegangan, keresahan dan kekhawatiran ini harus segera dicairkan dengan kebijakan tegas untuk memulangkan anak-anak dan para perempuan WNI yang 'terjebak' di sana.

Meskipun pada praktiknya, hal ini masih menjadi pro-kontra di kalangan masyarakat maupun di kalangan Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) yang bergiat di penanggulangan terorisme untuk menerima hal ini. Nyatanya, masih ada kekhawatiran yang tersembunyi dari pengaruh dan dampak idiologi ISIS pada kondisi psikis mereka. Rasa takut dan trauma serta mental yang terguncang.

Agaknya perlu waktu yang cukup lama untuk disembuhkan, bahkan dampak terburuknya hal ini dapat menjadi bumerang potensial yang dapat mengancam kedamaian Indonesia di masa depan, sebagaimana kasus returnis (pemulangan eks-ISIS) yang terjadi di negara lain. Hal ini menjadi faktor utama beberapa kebijakan pemerintah di berbagai negara, akhirnya menerapkan kebijakan tentang penolakan pemulangan mereka. Tapi di sisi lain, apakah kita tega menelantarkan mereka di sana dan menolak mereka habis-habisan?

Meskipun begitu, kesiapan Indonesia dalam menyikapi kepulangan returnis tetap patut dihargai dan didukung oleh seluruh lapisan masyarakat. Pembinaan terhadap anak-anak dan perempuan returnis dengan berbagai metode pun telah disiapkan, hasil dari diskusi panjang dengan berbagai kalangan dan LSM yang berharap sisa-sisa 'racun' radikalisme dapat dihilangkan.

Kalian tidak perlu takut berlebihan, apalagi sampai mengucilkan. Tetap dukung program dan upaya pemerintah untuk memulangkan mereka dan rangkul sebagaimana di antara kita dan mereka tidak pernah terjadi apa-apa, karena sejatinya mereka adalah saudara...

 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun