Mohon tunggu...
Coffeecopy
Coffeecopy Mohon Tunggu... Freelancer - A writer

Write what should be not forgotten

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan

Virus Ekstremisme yang Menciptakan Revolusi

18 Juni 2020   21:02 Diperbarui: 18 Juni 2020   20:58 67
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Para eks Suriah ini bisa jadi adalah ‘carrier’ yang membawa kuman ekstrimisme dan lalu menyuntikkan pahamnya di tengah masyarakat. Ini persis dengan fakta satu daerah di negeri kita yang satu warganya terkena COVID-19, masyarakat menjadi was-was dan Pemda pun bertindak mengkarantina. Wajar ada ketakutan seperti ini ditengah situasi pandemi global COVID-19 maupun ISIS yang telah banyak bikin kalang kabut warga dunia.

Ya, revolusi yang terlahir dari kekhalifahan ISIS ini makin membuat banyak muslim yang terpagut oleh mimpi tentang ‘Bumi Syam’. Revolusi juga telah merubah cara pandang tentang terorisme global yang ternyata tak hanya alasan ‘politik’ belaka, tetapi juga akibat pemahaman keagamaan.

 Agama telah menjadi ‘pemicu’ untuk melakukan tindakan diluar kewarasan. Agama yang mengajarkan kebaikan dan kasih sayang ‘direvolusi’ oleh para pemabuk teror untuk menjadi kekuatan yang menumpulkan nalar masyarakat demi mesianisme dan utopia.

Hadirnya ISIS yang hingga kini masih bergerak serta terus menularkan idiologi serta aksinya ke masyarakat dunia, telah juga ’merevolusi’ cara pandang terhadap terorisme. Virus ekstremisme ini sama saja dengan corona dalam penularannya. Bila tertular corona, seseorang tiba-tiba jatuh sakit dan terkapar. Tapi ternyata tidak semua dengan indikasi itu.

Bisa saja terlihat sehat bugar, namun setelah diperiksa secara medis terbukti terpapar COVID-19. Begitupun dengan ‘virus ídiologi’ berwujud ekstrimisme ini. Secara fisik tidak menunjukkan terpapar, namun mendadak dia melakukan aksi ujaran kebencian dan bahkan tindakan brutal.

Di tengah teror corona, ada persoalan yang masih mengganjal, yaitu bagaimana dengan WNI eks Suriah yang kini sudah kembali di negeri kita yang sudah menyadari kekhilafannya. Ratusan WNI eks Suriah kini tersebar di Depok, Bogor, Bekasi, dan beberapa daerah lainnya. 

Mereka tidak perlu diperlakukan selayak ‘corona’ yang bisa menginfeksi pada orang lain. Karena ketika mereka pulang ke Bumi Pertiwi, mereka sudah di-‘lockdown’ di sebuah tempat khusus untuk tujuan deradikalisasi. Setelah dipandang ‘sembuh’ mereka dipulangkan ke rumahnya masing-masing dengan terus dalam pengawasan dan pemantauan.

Terhadap pasien COVID-19 masyarakat diminta untuk bersikap wajar, dengan tidak bersikap semena-mena, karena yang terpenting pencegahan individu masing-masing. Demikian halnya sikap terhadap para eks WNI eks Suriah yang sudah kembali hidup di Bumi Pertiwi ini. 

Tak syak lagi, disinilah perlunya ‘sikap revolusioner’ yang elok nan apik untuk tetap mampu membangun keharmonisan sosial ditengah amuk dua wabah impor tersebut. 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun