Mohon tunggu...
Rucika GalvaniPutri
Rucika GalvaniPutri Mohon Tunggu... Lainnya - XII MIPA 6 - SMAN 1 PADALARANG

CIK

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Penyakit dan Obat untuk Pelajar di Masa Pandemi

2 Maret 2021   20:19 Diperbarui: 6 Maret 2021   13:52 237
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Di masa pandemi ini, yang dikenal karena adanya virus COVID-19, semua kegiatan dilakukan di rumah, baik kerja maupun belajar, olahragapun sekarang dilakukan dirumah, sehingga kesehatan menjadi hal utama yang perlu dijaga, tak hanya kesehatan fisik, kesehatan jiwa pun memerlukan perhatian khusus.

Menurut Ketua Perhimpunan Dokter Spesialis Kesehatan Jiwa DKI Jakarta, Dr. dr. Nova Riyanti Yusuf, SpKJ, gangguan kesehatan jiwa rentan terjadi pada pelajar. Hal ini berkaitan dengan adanya gangguan dalam kegiatan belajar mengajar selama pandemi.

Pelajar tingkat SD maupun SMA sampai para mahasiswa pun mengalami gangguan tersebut. Gangguan keterbatasan fasilitas seperti gawai dan jaringan, sulitnya sosialisasi dengan teman sekelas, dan materi yang tidak tersampaikan secara maksimal. Akibatnya, pelajar dapat mengalami penurunan motivasi belajar, peningkatan tekanan akibat belajar secara independent dan meninggalkan rutinitas sehari-hari.

"Pandemi COVID-19 telah memberikan beban kesehatan mental yang belum pernah terjadi sebelumnya pada pelajar," ujar Nova dalam webinar MA Citra Cendekia, Sabtu (12/12/2020).

Nova juga menyajikan survei yang dilakukan badan ahli kesehatan jiwa anak dan remaja asal Inggris, YoungMinds, yang menemukan bahwa 83 persen responden muda mengatakan pandemi COVID-19 memperburuk kondisi kesehatan jiwa mereka.

"Sepertinya banyak yang berpikir bahwa sehat itu hanya ketika tidak ada penyakit secara fisik, padahal menurut WHO, sehat itu tidak hanya secara fisik tapi juga mental dan sosial."

Sedangkan, menurut Undang-Undang Kesehatan Jiwa, seseorang dikatakan sehat jiwa jika dapat berkembang secara fisik, mental, sosial, dan spiritual sehingga individu tersebut menyadari kemampuan dirinya salah satunya dalam menghadapi tekanan seperti di masa COVID-19.

Jika remaja memiliki kesulitan dalam menghadapi tekanan-tekanan atau perubahan yang disebabkan COVID-19 maka remaja tersebut memiliki masalah kesehatan jiwa.

Orangtua, guru, lingkungan sekitar, bahkan siswa itu sendiri perlu memiliki kesadaran terhadap kesehatan jiwa agar bisa ditangani dengan cepat dan tepat. Caranya, dengan melakukan upaya promotif dengan rangkaian kegiatan penyelenggaraan layanan kesehatan yang bersifat promosi tentang edukasi kesehatan jiwa ataupun dengan membiasakan hal- hal kecil yang bisa mengontrol diri agar terjauh dari tekanan.

Apalagi kondisi seperti ini semuanya dilakukan secara online, tidak bisa bertemu langsung dengan teman-teman di sekolah, dari pagi sampai matahari akan terbenam pun beberapa pelajar masih ada yang duduk sibuk dengan tugas sekolahnya. Keadaan seperti ini harus bisa kita kendalikan agar fisik dan mental kita tetap terjaga.

Tugas sekolah memang beban untuk pelajar, tetapi jika kita menjalaninya dengan ikhlas dan menikmatinya, tugas yang ada didepan mata akan selesai satu persatu. Jika kita masih keteteran untuk melakukan semuanya, guru juga pasti mengerti muridnya dan mencoba meringankan bebannya dengan memberi penambahan waktu pengumpulan tugas tersebut.

Guru dan murid berada di kondisi yang sama. Hanya saja, kita sebagai pelajar sebisa mungkin jangan terkena penyakit "malas". Akibatnya, tugas menumpuk. Itulah yang dialami pelajar di masa pandemi ini.

Malas merupakan perilaku individu yang ditunjukkan dengan cara enggan melakukan suatu tindakan, atau tidak suka untuk bertindak dan memilih untuk diam. Timbulnya rasa malas ini disebabkan karena beberapa hal seperti kehilangan alasan untuk belajar. Sebagian pelajar berpikir, kita tidak tahu kapan pandemi ini akan selesai. Belajar online pasti akan terus berjalan dan materi sekolah pasti akan terus dipelajari bahkan ulangan harian pun dilakukan dari rumah. Sebagai pelajar yang "mager" jika rutinitas sekolah dilakukan dirumah, tetap saja suasana rumah sulit menyesuaikan dengan keadaan pelajar karena faktanya, dirumah kita belajar sendiri di ruang kamar, entah di meja belajar ataupun dikasur.

Solusinya agar tidak kehilangan alasan untuk belajar, kita bisa mengevaluasi tentang materi pelajaran yang sekiranya masih kurang paham. Jika lebih dari satu masalah pelajaran yang belum di kuasai maka kita bisa fokus ke materi yang benar-benar sulit.

Yang kedua, suka menunda-nunda tugas sekolah. Akibatnya, tugas semakin menumpuk. Setelah diberi informasi deadline pengumpulan tugas oleh gurunya, pelajar pasti kebingungan untuk menyelesaikan tugas yang mana dulu. Sehingga pikiran terbagi menjadi dua, antara  tugas yang mana dulu yang harus diselesaikan karena deadline sebentar lagi dan tidak tahu harus mengerjakan yang mana karena tidak paham dengan materinya.

Solusinya, jika ada tugas yang diberikan, sebaiknya langsung dikerjakan. Jika ada kegiatan yang lebih penting, manfaatkan waktu luang untuk mengerjakan tugas-tugas tersebut.

Yang ketiga, tidak percaya diri. Kurangnya percaya diri akan kemampuan diri sendiri memang sebagai salah satu penyebab menjadi malas. Karena apapun yang akan dikerjakan jika kalian memiliki sifat ini akan selalu menimbulkan konflik merasa tidak puas, ragu-ragu ataupun mudah menyerah.

Solusinya, cobalah percaya dan yakin pada diri sendiri apabila sudah percaya diri dengan yang dikerjakan, jangan terlalu dipikirkan hasilnya, nikmati saja setiap prosesnya. Masalah bisa atau tidak dan benar atau salah bisa kita evaluasi kembali agar menjadi lebih baik.

Yang keempat, terlalu lelah dan capek. Apabila banyak aktivitas yang di lakukan di rumah sehingga membuat badan cepat lelah, maka kurangilah aktivitas tersebut. Jangan sampai aktivitas dirumah yang berat mengakibatkan kelelahan dan mempengaruhi kita untuk belajar.

Solusinya, kita harus bisa memilih kegiatan yang akan kita lakukan, penting atau tidaknya kegiatan tersebut, semuanya tergantung diri kita sendiri. Kita juga harus bisa membagi waktu untuk belajar dan beristirahat.

Yang terakhir, banyak gangguan. Khususnya gangguan dari alat elektronik yang kamu pakai untuk belajar, seperti gadget ataupun laptop. Saat melakukan belajar online sudah pasti gadget ataupun laptop pelajar terhubung ke internet untuk mengakses materi belajar, di alat elektronik itu pasti ada aplikasi game favorite dan media social seperti instagram, facebook, atau yang lainnya yang membuat konsentrasi belajar menurun. 

Selain gangguan dari teknologi, adapun gangguan dari kondisi lingkungan atau kondisi dirumah. Keadaan yang berisik akan membuat kita sulit untuk berkonsentrasi dalam belajar sehingga membuat semangat belajar menjadi turun.

Solusinya, jika suka bermain game dan media sosial bisa, sebaiknya mematikan notifikasi dari aplikasi tersebut agar tidak mengganggu konsentrasi belajar. Usahakan belajar ditempat yang menurut kita nyaman. Jika kondisi rumah tidak mendukung, berilah pengertian kepada orang tua untuk bisa ikut menyesuaikan keadaan dalam belajar.

Penyakit pelajar ini bisa kita cegah agar tidak semakin parah dengan menggunakan obat sesuai dengan yang dibutuhkan. Penyakit malas muncul karena ada penyebabnya, maka pelajar butuh obat sebagai solusinya. Jangan sampai semangat belajar terganggu karena kemalasan. Jadilah pelajar yang pintar dan bijak untuk memilih sesuatu agar tidak menyakiti diri sendiri.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun