Hai, Mama.
Aku tidak apa-apa,
meski tampak sendiri di balik jendela.
Mama tidak bisa melihatnya,
meski cemas menghantui jiwa.
Aku sudah lama begini,
bahkan jauh sebelum pandemi.
Hai, Mama.
Sungguh, aku baik-baik saja.
Kita memang sudah lama sekali tak bersua,
berhenti saling berbagi cerita.
Aku sudah terbiasa.
Mama sibuk, aku takkan memaksa.
Halaman kisahku terlalu tebal.
Mungkin Mama sudah jauh tertinggal.
Apakah aku akan pulang,
seperti halnya setiap Lebaran?
Entahlah.
Tapi aku akan berusaha,
hanya agar tidak disebut durhaka
oleh mereka yang merasa paling tahu semua,
padahal enggan mengerti apa-apa.
Mungkin aku akan pulang dalam versi biasa.
Ceria, seakan terbuka.
Biarlah kusimpan semua halaman baru
agar kisah-kisah seram itu tidak mengganggu
dan Mama masih mengenaliku.
Takutnya Mama tak punya waktu
atau belum siap membaca penyebab menebalnya halaman kisah hidupku.
Untuk sementara,
biar kutinggal semuanya di balik jendela,
hanya agar aku tampak sama di mata Mama.
Jakarta, Pandemi Covid-19 2020
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H