Mohon tunggu...
Ruby Astari
Ruby Astari Mohon Tunggu... Penulis - Penulis, penerjemah, pengajar Bahasa Inggris dan Indonesia, pembaca, dan pemikir kritis.

"DARI RUANG BENAK NAN RIUH": Untuk menjelaskan perihal penulis yang satu ini, cukup membaca semua tulisannya di sini (dan mungkin juga di tempat lain). Banyak dan beragam, yang pastinya menjelaskan satu hal: Ruang benaknya begitu riuh oleh banyak pemikiran dan perasaan. Ada kalanya mereka tumpang-tindih dan bukan karena dia labil dan irasional. Seringkali daya pikirnya melaju lebih cepat dari tangannya yang menciptakan banyak tulisan. Penulis juga sudah lama menjadi ‘blogger yang kecanduan’. Samai-sampai jejak digital-nya ada di banyak tempat. Selain itu, penulis yang juga pengajar bahasa Inggris paruh-waktu, penerjemah lepas, dan penulis lepas untuk konten situs dapat dipesan jasanya secara khusus di Kontenesia (www.kontenesia.com). Bisa sekalian beramal lagi untuk setiap transaksi (terutama selama bulan Ramadan ini) : http://kontenesia.com/kontenesia-donasi-ramadan/ https://www.facebook.com/kontenesia/posts/287945154884094?__mref=message R.

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Di Balik Jendela

24 September 2024   15:44 Diperbarui: 24 September 2024   15:47 44
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Hai, Mama.

Aku tidak apa-apa,

meski tampak sendiri di balik jendela.

Mama tidak bisa melihatnya,

meski cemas menghantui jiwa.

Aku sudah lama begini,

bahkan jauh sebelum pandemi.

Hai, Mama.

Sungguh, aku baik-baik saja.

Kita memang sudah lama sekali tak bersua,

berhenti saling berbagi cerita.

Aku sudah terbiasa.

Mama sibuk, aku takkan memaksa.

Halaman kisahku terlalu tebal.

Mungkin Mama sudah jauh tertinggal.

Apakah aku akan pulang,

seperti halnya setiap Lebaran?

Entahlah.

Tapi aku akan berusaha,

hanya agar tidak disebut durhaka

oleh mereka yang merasa paling tahu semua,

padahal enggan mengerti apa-apa.

Mungkin aku akan pulang dalam versi biasa.

Ceria, seakan terbuka.

Biarlah kusimpan semua halaman baru

agar kisah-kisah seram itu tidak mengganggu

dan Mama masih mengenaliku.

Takutnya Mama tak punya waktu

atau belum siap membaca penyebab menebalnya halaman kisah hidupku.

Untuk sementara,

biar kutinggal semuanya di balik jendela,

hanya agar aku tampak sama di mata Mama.

Jakarta, Pandemi Covid-19 2020

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun