Mohon tunggu...
Ruby Astari
Ruby Astari Mohon Tunggu... Penulis - Penulis, penerjemah, pengajar Bahasa Inggris dan Indonesia, pembaca, dan pemikir kritis.

"DARI RUANG BENAK NAN RIUH": Untuk menjelaskan perihal penulis yang satu ini, cukup membaca semua tulisannya di sini (dan mungkin juga di tempat lain). Banyak dan beragam, yang pastinya menjelaskan satu hal: Ruang benaknya begitu riuh oleh banyak pemikiran dan perasaan. Ada kalanya mereka tumpang-tindih dan bukan karena dia labil dan irasional. Seringkali daya pikirnya melaju lebih cepat dari tangannya yang menciptakan banyak tulisan. Penulis juga sudah lama menjadi ‘blogger yang kecanduan’. Samai-sampai jejak digital-nya ada di banyak tempat. Selain itu, penulis yang juga pengajar bahasa Inggris paruh-waktu, penerjemah lepas, dan penulis lepas untuk konten situs dapat dipesan jasanya secara khusus di Kontenesia (www.kontenesia.com). Bisa sekalian beramal lagi untuk setiap transaksi (terutama selama bulan Ramadan ini) : http://kontenesia.com/kontenesia-donasi-ramadan/ https://www.facebook.com/kontenesia/posts/287945154884094?__mref=message R.

Selanjutnya

Tutup

Gadget Pilihan

Tentang Lelaki yang Mengomentari Makeup dan Skincare Perempuan di Twitter

24 Juni 2019   22:40 Diperbarui: 12 Juli 2019   03:57 70
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gadget. Sumber ilustrasi: PEXELS/ThisIsEngineering

Langsung saja, ya.

Beberapa saat lalu (bahkan, kalo gak salah pas libur Lebaran kemaren), jagad Twitter sempat 'ramai' oleh cuitan akun seorang lelaki. Singkat cerita, lelaki yang jelas-jelas sengaja cari sensasi ini memberi komentar menyerang mengenai para perempuan yang hobi memakai makeup dan skincare. Mau yang tipis atau full makeup, mau yang produknya mahal atau kelas toko sebelah, semua kena.

Seperti biasa, langsung banyak yang menyerang, terutama kaum Hawa. Gimana enggak, bila komentar lelaki itu begitu menggeneralisir dan menyudutkan?

"Perempuan yang makeup-nya menor pasti gak berotak!"

Wow. Saat membacanya, saya ingin tertawa...sinis. Namun, saya juga sadar bahwa manusia semacam mereka sama sekali tidak layak untuk ditanggapi.

'Panjat Sosial' Mereka yang Putus Asa

Banyak cara untuk mendapatkan perhatian di jagad social media. Yang cerdas mungkin tidak perlu berusaha terlalu keras, apalagi sampai kelewat batas.

Yang bijak mah, biasa saja. (Bahkan, bisa jadi mereka malah paling jarang cuap-cuap di Twitter atau social media lainnya.) Intinya, mereka sudah cukup sibuk dengan hal-hal lain yang jauh lebih penting ketimbang sekadar eksis di dunia maya.

Apa? Semua orang berhak berpendapat? Oh, tentu saja. Saya nggak pernah bilang kalau saya melarang. Memangnya saya siapa?

Namun, semua juga harus siap bila ada yang tidak sepakat. Bahkan, harus lebih siap mental lagi kalau ternyata lebih banyak yang bilang: "Aduh, gobloknya gak ketulungan tapi kok, masih gak malu bacot paling keras?"

Saya nggak tahu (dan lebih tepatnya juga nggak mau tahu) masalah pribadi lelaki macam ini. Saya juga nggak mau asal menilai semudah lelaki macam ini yang menghakimi semua perempuan yang suka memakai makeup dan skincare, apalagi sampai mahal.

Tapi boleh 'kan, saya berasumsi? Misalnya: bisa saja lelaki itu sedang kesepian setengah mati dan nggak tahan sekali. Makanya, dia cari perhatian, meskipun caranya menghina sana-sini.

Padahal, kalau caranya kayak begitu, mana ada perempuan waras yang mau sama dia? Hihihihi...

Mungkin saja cintanya baru saja ditolak sama perempuan yang kebetulan suka juga memakai makeup dan skincare. Ibarat 'unsub' (unidentified subject alias pelaku kejahatan di serial "Criminal Minds"), mendendamlah dia pada semua perempuan yang kebetulan juga mirip.

Ada kemungkinan lain?

Jangan-jangan, lelaki itu sebenarnya diam-diam iri. Ingin juga pakai makeup dan skincare, cuma:

  • Dia nggak sanggup beli.
  • Dia takut di-bully karena lelaki.

Hihihihi...

Memangnya dia saja yang boleh main berasumsi? Setidaknya, saya masih pakai kata 'mungkin', jadi tidak menggeneralisir. Males banget kalau lagi-lagi dibantah dengan argumen basi yang sama:

"Nggak semua laki-laki..."

Dih, gitu doang bisanya, tapi paling gencar kalau sudah menghakimi perempuan!

R.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Gadget Selengkapnya
Lihat Gadget Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun