Langsung saja, ya.
Beberapa saat lalu (bahkan, kalo gak salah pas libur Lebaran kemaren), jagad Twitter sempat 'ramai' oleh cuitan akun seorang lelaki. Singkat cerita, lelaki yang jelas-jelas sengaja cari sensasi ini memberi komentar menyerang mengenai para perempuan yang hobi memakai makeup dan skincare. Mau yang tipis atau full makeup, mau yang produknya mahal atau kelas toko sebelah, semua kena.
Seperti biasa, langsung banyak yang menyerang, terutama kaum Hawa. Gimana enggak, bila komentar lelaki itu begitu menggeneralisir dan menyudutkan?
"Perempuan yang makeup-nya menor pasti gak berotak!"
Wow. Saat membacanya, saya ingin tertawa...sinis. Namun, saya juga sadar bahwa manusia semacam mereka sama sekali tidak layak untuk ditanggapi.
'Panjat Sosial' Mereka yang Putus Asa
Banyak cara untuk mendapatkan perhatian di jagad social media. Yang cerdas mungkin tidak perlu berusaha terlalu keras, apalagi sampai kelewat batas.
Yang bijak mah, biasa saja. (Bahkan, bisa jadi mereka malah paling jarang cuap-cuap di Twitter atau social media lainnya.) Intinya, mereka sudah cukup sibuk dengan hal-hal lain yang jauh lebih penting ketimbang sekadar eksis di dunia maya.
Apa? Semua orang berhak berpendapat? Oh, tentu saja. Saya nggak pernah bilang kalau saya melarang. Memangnya saya siapa?
Namun, semua juga harus siap bila ada yang tidak sepakat. Bahkan, harus lebih siap mental lagi kalau ternyata lebih banyak yang bilang: "Aduh, gobloknya gak ketulungan tapi kok, masih gak malu bacot paling keras?"
Saya nggak tahu (dan lebih tepatnya juga nggak mau tahu) masalah pribadi lelaki macam ini. Saya juga nggak mau asal menilai semudah lelaki macam ini yang menghakimi semua perempuan yang suka memakai makeup dan skincare, apalagi sampai mahal.
Tapi boleh 'kan, saya berasumsi? Misalnya: bisa saja lelaki itu sedang kesepian setengah mati dan nggak tahan sekali. Makanya, dia cari perhatian, meskipun caranya menghina sana-sini.
Padahal, kalau caranya kayak begitu, mana ada perempuan waras yang mau sama dia? Hihihihi...
Mungkin saja cintanya baru saja ditolak sama perempuan yang kebetulan suka juga memakai makeup dan skincare. Ibarat 'unsub' (unidentified subject alias pelaku kejahatan di serial "Criminal Minds"), mendendamlah dia pada semua perempuan yang kebetulan juga mirip.
Ada kemungkinan lain?
Jangan-jangan, lelaki itu sebenarnya diam-diam iri. Ingin juga pakai makeup dan skincare, cuma:
- Dia nggak sanggup beli.
- Dia takut di-bully karena lelaki.
Hihihihi...
Memangnya dia saja yang boleh main berasumsi? Setidaknya, saya masih pakai kata 'mungkin', jadi tidak menggeneralisir. Males banget kalau lagi-lagi dibantah dengan argumen basi yang sama:
"Nggak semua laki-laki..."
Dih, gitu doang bisanya, tapi paling gencar kalau sudah menghakimi perempuan!
R.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H