Mohon tunggu...
Ruby Astari
Ruby Astari Mohon Tunggu... Penulis - Penulis, penerjemah, pengajar Bahasa Inggris dan Indonesia, pembaca, dan pemikir kritis.

"DARI RUANG BENAK NAN RIUH": Untuk menjelaskan perihal penulis yang satu ini, cukup membaca semua tulisannya di sini (dan mungkin juga di tempat lain). Banyak dan beragam, yang pastinya menjelaskan satu hal: Ruang benaknya begitu riuh oleh banyak pemikiran dan perasaan. Ada kalanya mereka tumpang-tindih dan bukan karena dia labil dan irasional. Seringkali daya pikirnya melaju lebih cepat dari tangannya yang menciptakan banyak tulisan. Penulis juga sudah lama menjadi ‘blogger yang kecanduan’. Samai-sampai jejak digital-nya ada di banyak tempat. Selain itu, penulis yang juga pengajar bahasa Inggris paruh-waktu, penerjemah lepas, dan penulis lepas untuk konten situs dapat dipesan jasanya secara khusus di Kontenesia (www.kontenesia.com). Bisa sekalian beramal lagi untuk setiap transaksi (terutama selama bulan Ramadan ini) : http://kontenesia.com/kontenesia-donasi-ramadan/ https://www.facebook.com/kontenesia/posts/287945154884094?__mref=message R.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Pertemuan Itu

10 Oktober 2018   13:53 Diperbarui: 10 Oktober 2018   14:03 551
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Photo source: Jacob Morch (unsplash.com)

"I thought you loved meee!!"

I thought so too, pikirku, sesaat sedih. Kuhampiri kamu yang megap-megap meregang nyawa di atas genangan darahmu sendiri. Mata hazelmu tampak ketakutan saat melihat senyum dinginku.

"It's your fault, Paddy," ucapku tenang, hampir setenang malaikat maut sendiri yang saat itu kuyakin siap menjemputmu. "You should never have hurt any of us. Die, cheater, die..."

-***-

Malam itu aku terbangun dengan banjir keringat dingin. Aku megap-megap sekaligus menggigil, teringat senyum kejiku sendiri di dalam mimpi tadi.

Astaga, mengapa aku begitu senang melihatmu mati?

Kuharap kau tak pernah kembali. Aku ngeri. Bisa saja kau berakhir mati di tanganku sendiri, Ally, atau Tamara, si mata zaitun yang juga memberitahuku bahwa bukan aku saja yang telah menjadi korban manipulasi cintamu.

Lalu...ah, Lolita. Si rambut merah yang pernah mengaku di Twitter telah kau hamili, meski pada akhirnya keguguran. Entah karena apa, jujur aku sudah tidak mau tahu.

Sial. Aku harus menghubungi dr.Iva untuk sesi konsultasi berikutnya...

R.

Photo source: Jacob Morch (unsplash.com)
Photo source: Jacob Morch (unsplash.com)

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun