Mohon tunggu...
Ruby Astari
Ruby Astari Mohon Tunggu... Penulis - Penulis, penerjemah, pengajar Bahasa Inggris dan Indonesia, pembaca, dan pemikir kritis.

"DARI RUANG BENAK NAN RIUH": Untuk menjelaskan perihal penulis yang satu ini, cukup membaca semua tulisannya di sini (dan mungkin juga di tempat lain). Banyak dan beragam, yang pastinya menjelaskan satu hal: Ruang benaknya begitu riuh oleh banyak pemikiran dan perasaan. Ada kalanya mereka tumpang-tindih dan bukan karena dia labil dan irasional. Seringkali daya pikirnya melaju lebih cepat dari tangannya yang menciptakan banyak tulisan. Penulis juga sudah lama menjadi ‘blogger yang kecanduan’. Samai-sampai jejak digital-nya ada di banyak tempat. Selain itu, penulis yang juga pengajar bahasa Inggris paruh-waktu, penerjemah lepas, dan penulis lepas untuk konten situs dapat dipesan jasanya secara khusus di Kontenesia (www.kontenesia.com). Bisa sekalian beramal lagi untuk setiap transaksi (terutama selama bulan Ramadan ini) : http://kontenesia.com/kontenesia-donasi-ramadan/ https://www.facebook.com/kontenesia/posts/287945154884094?__mref=message R.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Pertemuan Itu

10 Oktober 2018   13:53 Diperbarui: 10 Oktober 2018   14:03 551
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Akhirnya, kita bertemu. Aku selalu memimpikan saat itu. Sejak tahun lalu, aku hanya ingin bertemu denganmu.

Aku hanya ingin tahu. Apakah kamu seperti yang kamu ceritakan selama ini? Aku tahu wajah dan namamu. Aku hapal suara lembutmu yang agak tinggi, terutama saat bernyanyi.

Aku berada di tengah teman-temanku, di sebuah kafe. Kamu sudah tahu komunitas puisi yang biasa kudatangi. Aku pernah mengundangmu sekali. Janjimu, kamu akan langsung mengabari. Kamu juga akan membawa puisi karyamu sendiri.

"I can't wait to be with you," dulu kamu sering berkata begitu, berkali-kali. Di voice chat, video call, hingga chatroom. "Soon, Gorgeous Girl. You and me both."

Apa yang kau pikirkan saat kita akhirnya berhadapan seperti ini? Kau bilang kau akan langsung memelukku dan memutar-mutar tubuhku di udara, meskipun jelas-jelas aku 20 kilo lebih berat darimu. Hah, dasar gombal dan picisan!

Kita pun bertukar senyum. Kau menyapa: "Hey, sweetheart."

Kau kira aku akan langsung berlari ke pelukanmu. Sebenarnya hampir saja, terutama dengan pena di tanganku waktu itu.

Sayang, aku keduluan.

"You cheating bastard!" jerit seorang gadis tinggi dan pirang, yang langsung menamparmu. Mata hazelmu terbelalak. Namun, belum sempat kamu bereaksi, seorang gadis lain -- kali ini gemuk dan berambut merah -- menikam lehermu dengan pisau dari samping.

Anehnya, aku merasa tenang. Senyumku malah terkembang. Gadis pirang itu sudah ditarik mundur oleh perempuan lain yang berkulit gelap dan bermata zaitun. Gadis pirang itu terisak.

"Ally, it's okay," bujuk si mata zaitun. Kulihat si rambut merah sudah diringkus oleh beberapa lelaki sekaligus. Dia melolong pilu.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun