Alkisah, hiduplah dua orang cenayang. Keduanya sudah menikah dan sama-sama tengah menanti kelahiran anak pertama mereka. Harapan dan kebahagiaan meliputi kedua keluarga kecil itu.
Suatu malam, kedua cenayang mendapat penglihatan seram melalui mimpi mereka. Kedua istri mereka sama-sama meninggal setelah melahirkan. Kedua cenayang tersebu terbangun dari mimpi dan merasa ketakutan. Ditatapnya istri-istri mereka yang masih pulas, dengan kandungan yang kian hari membesar.
Cenayang Pertama memutuskan untuk memberitahu istrinya. Dia begitu takut kehilangan, sehingga mulai mengontrol gerak-gerik dan segala kegiatan sang istri setiap hari. Tidak boleh keluar sendirian. Bahkan, kalau perlu dia sampai melarang istrinya keluar rumah sama sekali.
Lalu, bagaimana dengan Cenayang Kedua?
Cenayang Kedua merasa ketakutan dan sedih dengan mimpi buruk itu. Benarkan dia mendapatkan suatu pertanda? Namun, tidak seperti Cenayang Pertama, dia tidak sampai hati memberitahu istrinya. Jangan sampai beban pikiran sang istri bertambah. Tidak hanya berbahaya bagi kesehatannya, namun juga demi keselamatan bayi mereka di dalam kandungan.
Cenayang Kedua memutuskan untuk menyimpan kekhawatirannya rapat-rapat. Sebagai pengalih kecemasannya, dia berusaha membuat istrinya merasa senyaman mungkin dalam kondisi hamil. Meskipun ingin selalu menjaganya, dia sadar, istrinya tetap manusia yang butuh jalan-jalan dan hiburan. Dia bukan tahanan rumah. Apalagi, selama ini sang istri sudah menjaga kandungan mereka dengan baik.
Apa yang kemudian terjadi?
Istri Cenayang Pertama lama-lama tidak tahan dengan perilaku paranoid suaminya. Keduanya kerap bertengkar, sehingga dia jatuh sakit dan bayi mereka terlahir prematur. Seperti yang selama ini ditakutkan Cenayang Pertama, sang istri meninggal dunia.
Lalu, bagaimana dengan Istri Cenayang Kedua? Hehe, mungkin kalian berharap akhir cerita yang berbeda, lebih berbahagia karena perlakuan manis sang suami selama ini. Sayangnya, istri Cenayang Kedua juga meninggal setelah melahirkan anak pertama mereka.
Apa yang membuatnya berbeda?
Istri Cenayang Pertama meninggal bersama kenangan terakhir berupa pertengkaran dengan suaminya. Karena Cenayang Kedua tetap meyakini bahwa takdir akan datang meskipun di luar keinginannya, dia memanfaatkan sisa waktunya untuk senantiasa membahagiakan sang istri.
Apa yang akan kita lakukan bila tahu bahwa waktu kita dengan orang-orang terdekat kian sedikit? Bagaimana cara kita memanfaatkan waktu luang tersebut?
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H