Mohon tunggu...
Ruby Astari
Ruby Astari Mohon Tunggu... Penulis - Penulis, penerjemah, pengajar Bahasa Inggris dan Indonesia, pembaca, dan pemikir kritis.

"DARI RUANG BENAK NAN RIUH": Untuk menjelaskan perihal penulis yang satu ini, cukup membaca semua tulisannya di sini (dan mungkin juga di tempat lain). Banyak dan beragam, yang pastinya menjelaskan satu hal: Ruang benaknya begitu riuh oleh banyak pemikiran dan perasaan. Ada kalanya mereka tumpang-tindih dan bukan karena dia labil dan irasional. Seringkali daya pikirnya melaju lebih cepat dari tangannya yang menciptakan banyak tulisan. Penulis juga sudah lama menjadi ‘blogger yang kecanduan’. Samai-sampai jejak digital-nya ada di banyak tempat. Selain itu, penulis yang juga pengajar bahasa Inggris paruh-waktu, penerjemah lepas, dan penulis lepas untuk konten situs dapat dipesan jasanya secara khusus di Kontenesia (www.kontenesia.com). Bisa sekalian beramal lagi untuk setiap transaksi (terutama selama bulan Ramadan ini) : http://kontenesia.com/kontenesia-donasi-ramadan/ https://www.facebook.com/kontenesia/posts/287945154884094?__mref=message R.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Kisah Dua Cenayang

6 Juli 2018   19:13 Diperbarui: 6 Juli 2018   20:13 694
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Alkisah, hiduplah dua orang cenayang. Keduanya sudah menikah dan sama-sama tengah menanti kelahiran anak pertama mereka. Harapan dan kebahagiaan meliputi kedua keluarga kecil itu.

Suatu malam, kedua cenayang mendapat penglihatan seram melalui mimpi mereka. Kedua istri mereka sama-sama meninggal setelah melahirkan. Kedua cenayang tersebu terbangun dari mimpi dan merasa ketakutan. Ditatapnya istri-istri mereka yang masih pulas, dengan kandungan yang kian hari membesar.

Cenayang Pertama memutuskan untuk memberitahu istrinya. Dia begitu takut kehilangan, sehingga mulai mengontrol gerak-gerik dan segala kegiatan sang istri setiap hari. Tidak boleh keluar sendirian. Bahkan, kalau perlu dia sampai melarang istrinya keluar rumah sama sekali.

Lalu, bagaimana dengan Cenayang Kedua?

Cenayang Kedua merasa ketakutan dan sedih dengan mimpi buruk itu. Benarkan dia mendapatkan suatu pertanda? Namun, tidak seperti Cenayang Pertama, dia tidak sampai hati memberitahu istrinya. Jangan sampai beban pikiran sang istri bertambah. Tidak hanya berbahaya bagi kesehatannya, namun juga demi keselamatan bayi mereka di dalam kandungan.

Cenayang Kedua memutuskan untuk menyimpan kekhawatirannya rapat-rapat. Sebagai pengalih kecemasannya, dia berusaha membuat istrinya merasa senyaman mungkin dalam kondisi hamil. Meskipun ingin selalu menjaganya, dia sadar, istrinya tetap manusia yang butuh jalan-jalan dan hiburan. Dia bukan tahanan rumah. Apalagi, selama ini sang istri sudah menjaga kandungan mereka dengan baik.

Apa yang kemudian terjadi?

Istri Cenayang Pertama lama-lama tidak tahan dengan perilaku paranoid suaminya. Keduanya kerap bertengkar, sehingga dia jatuh sakit dan bayi mereka terlahir prematur. Seperti yang selama ini ditakutkan Cenayang Pertama, sang istri meninggal dunia.

Lalu, bagaimana dengan Istri Cenayang Kedua? Hehe, mungkin kalian berharap akhir cerita yang berbeda, lebih berbahagia karena perlakuan manis sang suami selama ini. Sayangnya, istri Cenayang Kedua juga meninggal setelah melahirkan anak pertama mereka.

Apa yang membuatnya berbeda?

Istri Cenayang Pertama meninggal bersama kenangan terakhir berupa pertengkaran dengan suaminya. Karena Cenayang Kedua tetap meyakini bahwa takdir akan datang meskipun di luar keinginannya, dia memanfaatkan sisa waktunya untuk senantiasa membahagiakan sang istri.

Apa yang akan kita lakukan bila tahu bahwa waktu kita dengan orang-orang terdekat kian sedikit? Bagaimana cara kita memanfaatkan waktu luang tersebut?

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun