Mohon tunggu...
Ruby Astari
Ruby Astari Mohon Tunggu... Penulis - Penulis, penerjemah, pengajar Bahasa Inggris dan Indonesia, pembaca, dan pemikir kritis.

"DARI RUANG BENAK NAN RIUH": Untuk menjelaskan perihal penulis yang satu ini, cukup membaca semua tulisannya di sini (dan mungkin juga di tempat lain). Banyak dan beragam, yang pastinya menjelaskan satu hal: Ruang benaknya begitu riuh oleh banyak pemikiran dan perasaan. Ada kalanya mereka tumpang-tindih dan bukan karena dia labil dan irasional. Seringkali daya pikirnya melaju lebih cepat dari tangannya yang menciptakan banyak tulisan. Penulis juga sudah lama menjadi ‘blogger yang kecanduan’. Samai-sampai jejak digital-nya ada di banyak tempat. Selain itu, penulis yang juga pengajar bahasa Inggris paruh-waktu, penerjemah lepas, dan penulis lepas untuk konten situs dapat dipesan jasanya secara khusus di Kontenesia (www.kontenesia.com). Bisa sekalian beramal lagi untuk setiap transaksi (terutama selama bulan Ramadan ini) : http://kontenesia.com/kontenesia-donasi-ramadan/ https://www.facebook.com/kontenesia/posts/287945154884094?__mref=message R.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

"In Your Sleep (A Mother's Greatest Fears)"

20 Oktober 2017   18:52 Diperbarui: 20 Oktober 2017   19:00 503
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

"Do you need to bring anything else?"I suddenly asked. When you shook your head, I smiled and said, "Take care, dear."

"I love you so much, Mommy."You were smiling back at me, which made me see the ghost of your father for a while then. I silently choked, thinking:

Have I failed her, Ray? I wish you were still here. You'd always understood her better.

I didn't know why your eyes reminded me of the time you were six, accidentally breaking my favourite china. You hadn't been crying, but your eyes were pleading -- a silent apology.

"I love you too, baby."There. I'd just missed another opportunity. I stood there as I let you kiss my cheek, turn around, and walk away. The moment the door closed, I sat down and cried.

Do you hide your tears too, everytime you turn away?I think your violent dreams have been enough. I've heard more than enough in your sleep.

But how do I get you to talk to me in your waking hours? How do I convince you that no, I'm not going to be angry? I promise you, baby, even when I'm not ready. I just need to knw what's been bothering you lately.

Please, you can tell Mommy...

Nobody has ever asked you to always be tough, so I'm wondering why you've chosen to go down that road anyway...

R.

(Jakarta, 19/10/2017 -- for Jakarta's Couchsurfing Writers' Club Weekly Writing Challenge at Caribou Coffee, Sarinah -- Thamrin, Central Jakarta. Topic: "sleep".)

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun