Sebuah obrolan dapat berubah menjadi diskusi hangat atau argumen ‘panas’. Namanya juga manusia, beda pendapat itu biasa. Namun, cara mereka menggiring obrolan menjadi lebih sehat atau tidak dapat berpengaruh pada hasil akhirnya.
Berhubung cara manusia berdiskusi atau mengkritik berbeda-beda, ada tiga (3) jenis pendebat dalam obrolan, yaitu:
1. Yang blak-blakan dan cenderung “apa adanya”.
Tipe ini pemuja “kejujuran di atas segalanya”. Enaknya, mereka nggak bakalan menikam dari belakang. Kalau memang nggak suka, mereka bakalan bilang nggak suka di depan Anda. Nggak ada acara pura-pura.
Nggak enaknya? Terutama bila sudah emosian, mereka bisa berubah makin kasar dan nggak sopan. Bahkan, nggak jarang mereka berani melabrak atau menyerang lawan bicara secara personal, meskipun lawan bicara lebih tua. Ada yang pakai bentak-bentak seperti: “Nggak pake otak lo!” hingga yang nyinyir halus seperti: “Kok kayaknya sodara lemot ya, memahami maksud saya?”
Jika menang berdebat, mereka cenderung sombong dan menjatuhkan lawan bicara dengan nada mengejek. Jika kalah, mereka tipe ngambekan untuk beberapa saat. Bila hati mereka cukup besar, biasanya mereka akan segera lupa. Bila tidak? Bisa alamat balas dendam, entah untuk terus membuktikan lawan bicara salah atau berusaha menjatuhkan mereka – bahkan dengan cara yang kekanak-kanakan.
Termasuk tipe ini?
Woy, santai aja, napa? Meskipun merasa benar, masih bisa kok, menyampaikan pendapat dengan cara yang lebih beradab. Sopan santun nggak berarti selalu sama dengan lemah, munafik, atau bersikap pengecut.
Mungkin Anda termasuk yang cepat meledak, lalu tenang dan lupa kemudian. Masalahnya, nggak semua orang bisa selupa Anda. Pasti ada yang sakit hati dan mungkin diam-diam menyumpahi.
Mungkin Anda nggak peduli, selama Anda sudah merasa benar. Tapi, apa gunanya selalu benar dan menang dalam perdebatan, bila pada akhirnya Anda akan selalu sendirian? Kecuali Anda memang nggak butuh siapa-siapa. Toh, kalau mereka memang nggak sepakat sama Anda, ya udah. Anda sendiri juga nggak mau dipaksa ‘kan, untuk menuruti maunya mereka?
2. Sang diplomat/pencinta damai.
Pendebat tipe blak-blakan biasanya kurang sabar menghadapi sang diplomat. Selain cenderung agak suka bertele-tele (terutama atas nama kesopanan dan menjaga perasaan semua orang), pihak ini juga dianggap kurang tegas dan “nggak enakan”.
Padahal, tipe ini justru paling tahu cara melobi, bahkan pihak yang berseberangan. Nggak selalu artinya ‘menjilat’, ya. Mereka lebih sabar dalam mendengarkan argumen lawan bicara atau semua pihak yang terlibat dalam obrolan. Kalau sampai ada yang bermulut cabe (seperti si blak-blakan), mereka berusaha agar tidak memasukkannya ke dalam hati.
Intinya, mereka lebih fokus kepada masalah daripada yang berbicara. Mereka juga mengumpulkan data-data yang valid dulu untuk mempertegas argumen mereka.
Jangan dikira mereka takut dengan pendebat tipe pertama. Kalau menang berdebat, mereka nggak akan sombong dan merendahkan lawan bicara. Biasa aja. Intinya, mereka tetap ingin menjaga hubungan baik dengan semua orang.
Kalau kalah berdebat? Biasanya mereka akan mencari cara lain untuk meyakinkan lawan bicara atau berusaha melobi orang lain yang menurut mereka mungkin bervisi dan misi yang sama.
Termasuk tipe ini?
Nggak salah kok, tetap menjaga sopan santun dan hubungan baik dengan semua orang. Namun, sifat Anda yang kadang cenderung kurang tegas membuat Anda rentan disepelekan. Bila memang yakin benar, nggak salah juga bila sesekali mempertahankan pendapat Anda.
3. Sang pengamat dan problem-solver yang efektif.
Sekilas, tipe ini mirip dengan sang diplomat. Sedikit bicara, banyak mendengarkan. Kadang dia menunggu ditanya, baru bicara. Kadang, bila merasa ucapannya penting, dia sendiri yang akan mengajukan diri untuk bicara. Dia tetap berbicara dengan sopan namun tegas. Pokoknya, straight to the point tanpa harus menikam harga diri lawan bicara.
Tipe ini juga lebih fokus pada penyelesaian masalah ketimbang menuding siapa yang salah. Baginya, ini bukan masalah menang atau kalah dalam berdebat. Jika tidak ditanggapi, dia juga lebih cepat move on. Toh, dia sudah berusaha membantu mencari solusi. Itu yang penting.
Termasuk tipe ini?
Banyak yang respek – dan mungkin sedikit segan – dengan Anda yang termasuk tipe ini. Anda gabungan kedua tipe sebelumnya yang cukup sempurna. Anda tetap bisa blak-blakan tanpa harus terdengar barbar. Anda juga bisa berdiplomasi tanpa harus banyak puja-puji.
Di satu sisi, Anda terlihat dewasa karena mampu mengendalikan emosi. Sayangnya, banyak yang salah sangka, mengira Anda seperti tidak punya perasaan dan cenderung tidak pedulian – saking efektifnya dalam memandang masalah.
Jadi, pendebat macam apa Anda?
R.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H