Mohon tunggu...
Ruby Astari
Ruby Astari Mohon Tunggu... Penulis - Penulis, penerjemah, pengajar Bahasa Inggris dan Indonesia, pembaca, dan pemikir kritis.

"DARI RUANG BENAK NAN RIUH": Untuk menjelaskan perihal penulis yang satu ini, cukup membaca semua tulisannya di sini (dan mungkin juga di tempat lain). Banyak dan beragam, yang pastinya menjelaskan satu hal: Ruang benaknya begitu riuh oleh banyak pemikiran dan perasaan. Ada kalanya mereka tumpang-tindih dan bukan karena dia labil dan irasional. Seringkali daya pikirnya melaju lebih cepat dari tangannya yang menciptakan banyak tulisan. Penulis juga sudah lama menjadi ‘blogger yang kecanduan’. Samai-sampai jejak digital-nya ada di banyak tempat. Selain itu, penulis yang juga pengajar bahasa Inggris paruh-waktu, penerjemah lepas, dan penulis lepas untuk konten situs dapat dipesan jasanya secara khusus di Kontenesia (www.kontenesia.com). Bisa sekalian beramal lagi untuk setiap transaksi (terutama selama bulan Ramadan ini) : http://kontenesia.com/kontenesia-donasi-ramadan/ https://www.facebook.com/kontenesia/posts/287945154884094?__mref=message R.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

"Kok Nggak Ngajak-ngajak?"

10 April 2016   22:29 Diperbarui: 10 April 2016   22:42 247
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

"Iiihhh, ini fotonya lagi dimana, sih? Kok nggak ngajak-ngajak?"

"Curaaang, aku ditinggaaal!"

"Elo gitu, ya. Tiap kali gue ajak ngumpul selalu sibuk, tapi giliran sama dia selalu bisa. Emangnya kita bukan temen, ya?"

Dan masih banyak lagi. Beberapa komentar di atas pasti sering muncul saat seseorang mem-posting sesuatu di laman akun social media mereka. Biasanya berupa foto-foto atau pemberitahuan mengenai lokasi mereka. (Biasanya karena GPS pada akun social media mereka diaktifkan. Misalnya: mereka lagi di mall apa, sama siapa, dan sedang makan apa atau nonton film apa.) Tentu, komentar-komentar di atas bisa punya tiga arti:

1. Teguran biasa/sekedar bercanda.

2. Ekspresi rasa kangen. Nah, yang ini sering kejadian. Karena terlalu gengsi bilang kangen, keluarnya jadi berupa tuduhan.

3. Tuduhan serius.

Kalau hanya menyapa - apalagi bila sudah lama tidak berjumpa atau kumpul bersama, serta sudah saling mengenal gaya bercandaan masing-masing - tidak apa-apa. Kalau karena kangen? Ngapain gengsi? Daripada bikin yang sudah posting merasa tidak enak dan (apa iya?) harus selalu menjelaskan segalanya pada Anda, kenapa tidak berkomentar yang terdengar lebih positif dan jauh dari kesan 'menuduh'? Contohnya:

"Waaah, asyik pada ngumpul! Kapan-kapan aku mau ikut juga, dong."

Alternatif lain? Daripada menunggu diajak, kenapa tidak mengajak duluan? Gampang, kok. Manfaatkanlah semua akun social media di mana Anda saling terhubung dengan teman-teman Anda selain nomor ponsel mereka. Ya, apalagi bila kalian masih tinggal satu kota. Apa susahnya? Kalau masalah jadwal sibuk, masih bisa diatur atau diatur ulang kalau mau. Yang penting niatnya, 'kan?

Lagi susah ketemuan? Ya, mungkin waktunya saja yang belum tepat. Bersabarlah. Saling mengobrol lewat social media sebagai pelepas kangen dulu juga bisa.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun