Mohon tunggu...
Ruby Astari
Ruby Astari Mohon Tunggu... Penulis - Penulis, penerjemah, pengajar Bahasa Inggris dan Indonesia, pembaca, dan pemikir kritis.

"DARI RUANG BENAK NAN RIUH": Untuk menjelaskan perihal penulis yang satu ini, cukup membaca semua tulisannya di sini (dan mungkin juga di tempat lain). Banyak dan beragam, yang pastinya menjelaskan satu hal: Ruang benaknya begitu riuh oleh banyak pemikiran dan perasaan. Ada kalanya mereka tumpang-tindih dan bukan karena dia labil dan irasional. Seringkali daya pikirnya melaju lebih cepat dari tangannya yang menciptakan banyak tulisan. Penulis juga sudah lama menjadi ‘blogger yang kecanduan’. Samai-sampai jejak digital-nya ada di banyak tempat. Selain itu, penulis yang juga pengajar bahasa Inggris paruh-waktu, penerjemah lepas, dan penulis lepas untuk konten situs dapat dipesan jasanya secara khusus di Kontenesia (www.kontenesia.com). Bisa sekalian beramal lagi untuk setiap transaksi (terutama selama bulan Ramadan ini) : http://kontenesia.com/kontenesia-donasi-ramadan/ https://www.facebook.com/kontenesia/posts/287945154884094?__mref=message R.

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

"Dariku Untukmu"

25 Juli 2015   20:27 Diperbarui: 25 Juli 2015   20:34 196
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Aku mencintaimu, Edo. Aku tahu kau mengerti dan mencintaiku juga. Mereka belum tentu mengerti, tapi hanya itulah satu-satunya caraku untuk mengekspresikan rasa sayangku padamu.

Kamu penyelamatku waktu aku kecil. Anak-anak tetangga di sekitar kompleks perumahanmu memang benar-benar jahat. Aku tidak pernah menyakiti mereka. Mentang-mentang tubuhku mungil dan ringkih, dengan enaknya mereka menceburkanku ke dalam got. Jadilah aku berlumuran air hitam di seluruh tubuh.

Aku sedih sekali. Memangnya aku salah apa, sih?

Lalu kau datang menyelamatkanku. Kau berteriak marah pada anak-anak itu: "Jangan, dong! 'Kan kasihan." Namun, mereka hanya tertawa-tawa sebelum kabur begitu saja. Jadilah kamu yang rela bersusah-payah mengangkatku dari dalam got, lalu membawaku pulang.

Di rumah, kamu memandikanku dengan air hangat, lalu memberiku makan dan minum. Aku tahu, kamu harus sembunyi-sembunyi dari mamamu. Entah kenapa, beliau juga tidak menyukaiku. Beliau memandangiku seakan-akan aku begitu menjijikan.

Mengertikah kamu, Edo? Aku hanya ingin membalas semua kebaikanmu. Kamu tak hanya memberiku makan dan minum, tapi juga senang bermain denganku. Tapi, lagi-lagi mamamu tidak suka dengan oleh-oleh dariku yang sengaja kutinggalkan di bawah mejamu. Bahkan, terakhir kali beliau mengejar-ngejarku dengan sapu. Pakai teriak-teriak segala lagi:

"Kitty, jangan suka ninggalin kadal mati di bawah meja, dong!"

R.

(Ditulis dalam pertemuan The Couchsurfing Writers' Club pada tanggal 23 Juli 2015, pukul 20:00 di Anomali Coffee - Setiabudi One, Rasuna Said, Kuningan, Jakarta Selatan. Tema: "Oleh-oleh".)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun