Aku mencintaimu, Edo. Aku tahu kau mengerti dan mencintaiku juga. Mereka belum tentu mengerti, tapi hanya itulah satu-satunya caraku untuk mengekspresikan rasa sayangku padamu.
Kamu penyelamatku waktu aku kecil. Anak-anak tetangga di sekitar kompleks perumahanmu memang benar-benar jahat. Aku tidak pernah menyakiti mereka. Mentang-mentang tubuhku mungil dan ringkih, dengan enaknya mereka menceburkanku ke dalam got. Jadilah aku berlumuran air hitam di seluruh tubuh.
Aku sedih sekali. Memangnya aku salah apa, sih?
Lalu kau datang menyelamatkanku. Kau berteriak marah pada anak-anak itu:Â "Jangan, dong! 'Kan kasihan."Â Namun, mereka hanya tertawa-tawa sebelum kabur begitu saja. Jadilah kamu yang rela bersusah-payah mengangkatku dari dalam got, lalu membawaku pulang.
Di rumah, kamu memandikanku dengan air hangat, lalu memberiku makan dan minum. Aku tahu, kamu harus sembunyi-sembunyi dari mamamu. Entah kenapa, beliau juga tidak menyukaiku. Beliau memandangiku seakan-akan aku begitu menjijikan.
Mengertikah kamu, Edo? Aku hanya ingin membalas semua kebaikanmu. Kamu tak hanya memberiku makan dan minum, tapi juga senang bermain denganku. Tapi, lagi-lagi mamamu tidak suka dengan oleh-oleh dariku yang sengaja kutinggalkan di bawah mejamu. Bahkan, terakhir kali beliau mengejar-ngejarku dengan sapu. Pakai teriak-teriak segala lagi:
"Kitty, jangan suka ninggalin kadal mati di bawah meja, dong!"
R.
(Ditulis dalam pertemuan The Couchsurfing Writers' Club pada tanggal 23 Juli 2015, pukul 20:00 di Anomali Coffee - Setiabudi One, Rasuna Said, Kuningan, Jakarta Selatan. Tema: "Oleh-oleh".)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H