Air sebagai sumber energi adalah konsep yang memanfaatkan energi yang terkandung dalam air untuk menghasilkan tenaga listrik atau bentuk energi lainnya. Salah satu bentuk utama adalah Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA), di mana aliran air dari bendungan digunakan untuk memutar turbin yang terhubung dengan generator listrik, menghasilkan energi tanpa emisi karbon.Â
Selain itu, ada juga Pembangkit Listrik Tenaga Air Mikro (PLTMH) yang beroperasi dalam skala kecil, sering kali di daerah terpencil, serta teknologi lainnya seperti energi pasang surut, ombak, dan arus laut yang memanfaatkan kekuatan alami air untuk menghasilkan energi. Meskipun memiliki banyak keuntungan, termasuk sebagai sumber energi terbarukan yang ramah lingkungan, setiap metode ini menghadapi tantangan tersendiri, seperti biaya tinggi, dampak lingkungan, dan kebutuhan infrastruktur yang signifikan.Â
Pengembangan teknologi dan inovasi lebih lanjut diperlukan untuk memaksimalkan potensi air sebagai sumber energi yang berkelanjutan dan mendukung transisi global menuju energi bersih. Krisis energi global dan perubahan iklim juga telah memicu kebutuhan mendesak untuk beralih dari bahan bakar fosil ke sumber energi yang lebih bersih dan berkelanjutan. Salah satu solusi yang sering dibahas adalah hidrogen.
Bahan bakar hidrogen (hydrogen fuel) merupakan bahan bakar tanpa emisi yang digunakan sebagai bahan bakar bagi pembangkitan listrik bersama dengan oksigen menggunakan suatu unit yang dinamakan dengan hydrogen fuel cell, yang mirip dengan baterai, sebuah fuel cell memiliki kutub anoda dan katoda dimana hidrogen (H2) serta oksigen (O2) dialirkan ke dua kutub berbeda tersebut. Reaksi antara kedua kutub tersebut akan menghasilkan listrik serta uap air (H2O).Teknologi hidrogen adalah bidang yang berkembang pesat dalam upaya menghasilkan energi bersih dengan memanfaatkan hidrogen sebagai bahan bakar.Â
Hidrogen dapat dihasilkan melalui berbagai metode, termasuk elektrolisis air yang memisahkan hidrogen dari oksigen menggunakan listrik, terutama dari sumber energi terbarukan. Hidrogen yang dihasilkan kemudian dapat digunakan dalam sel bahan bakar untuk menghasilkan listrik dengan hanya menghasilkan air sebagai produk sampingan, menjadikannya sumber energi yang ramah lingkungan. Selain itu, hidrogen juga dapat digunakan dalam transportasi, industri, dan penyimpanan energi, menjadikannya elemen kunci dalam upaya dekarbonisasi berbagai sektor ekonomi. Meskipun menawarkan potensi besar untuk mengurangi emisi karbon, hidrogen juga memiliki tantangan dalam penerapannya. Hidrogen memiliki potensi besar sebagai sumber energi masa depan yang bersih, terutama ketika dihasilkan dari air melalui proses elektrolisis.Â
Teknologi ini memungkinkan kita untuk memisahkan hidrogen dari air menggunakan listrik, menghasilkan hidrogen yang dapat digunakan sebagai bahan bakar tanpa emisi karbon. Meskipun potensi hidrogen sebagai energi masa depan sangat besar, ada sejumlah tantangan teknis dan ekonomi yang perlu diatasi untuk mewujudkannya sebagai solusi yang praktis dan terjangkau.
Dalam artikel ini, kami akan mengeksplorasi potensi hidrogen sebagai sumber energi dari air, mengkaji tantangan yang dihadapi dalam teknologi ini, serta menawarkan beberapa solusi untuk mengatasi kendala yang ada. Hidrogen dapat menjadi jawaban bagi tantangan energi bersih global, namun untuk mencapai potensi penuhnya, diperlukan upaya kolektif dalam inovasi teknologi, kebijakan, dan investasi.
a.Potensi Hidrogen sebagai Sumber Energi Bersih.
Hidrogen dikenal sebagai unsur kimia yang paling melimpah di alam semesta, tetapi jarang ditemukan dalam bentuk bebas di Bumi. Hidrogen biasanya terikat dalam senyawa seperti air (HO) dan hidrokarbon. Ketika dipisahkan dan digunakan sebagai bahan bakar, hidrogen menghasilkan energi melalui proses yang disebut elektrokimia dalam sel bahan bakar, di mana hidrogen bereaksi dengan oksigen untuk menghasilkan listrik, air, dan panas. Proses ini hampir tidak menghasilkan emisi gas rumah kaca, menjadikannya sumber energi yang sangat bersih. Selain itu, hidrogen tidak hanya menawarkan solusi teknis, tetapi juga memberi peluang untuk menciptakan masa depan yang lebih hijau. Dengan memanfaatkan hidrogen sebagai bahan bakar yang dihasilkan dari air, kita bisa mengurangi ketergantungan pada sumber energi yang merusak lingkungan, seperti bahan bakar fosil, sekaligus menurunkan emisi karbon secara drastis.
Menurut data dari International Energy Agency (IEA), pasar hidrogen global berpotensi tumbuh secara signifikan di tahun-tahun mendatang, terutama karena peningkatan investasi dalam teknologi hidrogen hijau yang dihasilkan dari elektrolisis air menggunakan energi terbarukan seperti matahari dan angin. Diperkirakan bahwa pada tahun 2050, hidrogen dapat berkontribusi hingga 18% dari total kebutuhan energi global, dengan kapasitas produksi mencapai 500 juta ton per tahun. Hal ini menunjukkan potensi besar hidrogen dalam mendukung transisi energi global menuju sumber energi yang lebih bersih dan berkelanjutan.
Keunggulan hidrogen lainnya adalah fleksibilitasnya. Hidrogen dapat digunakan dalam berbagai sektor seperti transportasi, industri, dan pemanasan. Di sektor transportasi, misalnya, kendaraan berbahan bakar hidrogen dapat menawarkan jangkauan lebih jauh dan waktu pengisian yang lebih singkat dibandingkan dengan kendaraan listrik berbaterai. Dalam industri, hidrogen dapat digunakan untuk proses yang membutuhkan suhu tinggi, seperti produksi baja, yang sulit di dekarbonisasi dengan teknologi lain.
b.Tantangan dalam Pengembangan Teknologi Hidrogen.
Meskipun hidrogen menawarkan potensi besar sebagai sumber energi bersih, pengembangannya menghadapi berbagai tantangan yang signifikan. Tantangan-tantangan ini dapat dikelompokkan ke dalam beberapa kategori: ekonomi, teknis, dan infrastruktur.
1.Tantangan Ekonomi:
  Produksi hidrogen hijau melalui elektrolisis air masih tergolong mahal dibandingkan dengan hidrogen "abu-abu" yang dihasilkan dari gas alam melalui proses reformasi metana. Menurut analisis BloombergNEF, biaya produksi hidrogen hijau berkisar antara $3 hingga $6 per kilogram, sementara hidrogen abu-abu dapat diproduksi dengan biaya kurang dari $1,50 per kilogram. Faktor ini membuat hidrogen hijau kurang kompetitif di pasar energi saat ini. Biaya tinggi ini terutama disebabkan oleh mahalnya listrik dari energi terbarukan dan inefisiensi proses elektrolisis yang ada saat ini.
2.Tantangan Teknis:
  Produksi hidrogen melalui elektrolisis membutuhkan energi yang cukup besar. Meskipun sumber energi terbarukan seperti matahari dan angin dapat menyediakan listrik ini, ketergantungan pada sumber daya yang bersifat intermittent (tidak terus-menerus) seperti angin dan matahari dapat membatasi skala produksi hidrogen. Selain itu, penyimpanan dan transportasi hidrogen juga menjadi tantangan besar. Hidrogen memiliki densitas energi per volume yang rendah, sehingga memerlukan kompresi ke tekanan tinggi atau pendinginan ke suhu kriogenik agar dapat disimpan dan diangkut dengan efisien. Selain itu, risiko kebocoran hidrogen yang dapat menyebabkan ledakan juga perlu diperhatikan dengan serius dalam desain dan operasi sistem penyimpanan dan transportasi hidrogen.
3.Tantangan Infrastruktur:
  Infrastruktur untuk memproduksi, menyimpan, mendistribusikan, dan menggunakan hidrogen masih sangat terbatas. Dibutuhkan jaringan distribusi yang luas, termasuk pipa, stasiun pengisian bahan bakar hidrogen, dan fasilitas penyimpanan skala besar. Biaya pengembangan infrastruktur ini sangat tinggi dan membutuhkan dukungan pemerintah serta investasi besar dari sektor swasta. Selain itu, juga perlu adanya standar dan regulasi yang jelas untuk memastikan keselamatan dan efisiensi dalam penggunaan hidrogen, yang saat ini masih dalam tahap pengembangan di banyak negara.
c.Solusi Mengatasi Tantangan Teknologi Hidrogen.
Untuk mengatasi berbagai tantangan dalam pengembangan hidrogen sebagai sumber energi bersih, diperlukan pendekatan terpadu yang melibatkan inovasi teknologi, regulasi kebijakan yang mendukung, dan insentif ekonomi. Berikut beberapa solusi yang bisa dipertimbangkan:
1.Meningkatkan Efisiensi Produksi Hidrogen Hijau:
  Penelitian dan pengembangan harus difokuskan pada peningkatan efisiensi elektrolisis untuk mengurangi biaya produksi hidrogen hijau. Ini bisa mencakup pengembangan katalis baru yang lebih efektif, penggunaan elektrolit yang lebih efisien, serta optimasi desain sistem elektroliser. Selain itu, inovasi dalam penggunaan energi terbarukan untuk elektrolisis, seperti memanfaatkan energi surplus dari pembangkit listrik tenaga angin atau matahari, dapat membantu menurunkan biaya.
2.Pengembangan Teknologi Penyimpanan dan Transportasi Hidrogen:
  Teknologi baru diperlukan untuk mengatasi tantangan penyimpanan dan transportasi hidrogen. Solusi seperti pengembangan material penyimpanan hidrogen yang lebih aman dan efisien, serta teknologi pengangkutan berbasis amonia atau cairan organik pembawa hidrogen, dapat mengatasi masalah densitas energi per volume yang rendah.
3.Membangun Infrastruktur Hidrogen yang Kuat:
  Pemerintah dan sektor swasta perlu berkolaborasi dalam pengembangan infrastruktur hidrogen. Ini termasuk investasi dalam jaringan pipa hidrogen, stasiun pengisian bahan bakar, dan fasilitas penyimpanan. Kebijakan pemerintah yang proaktif, seperti insentif fiskal, subsidi, dan regulasi yang mendukung, dapat membantu mempercepat pengembangan infrastruktur ini.
4.Mendorong Kolaborasi Internasional:
  Mengingat skala dan kompleksitas tantangan, kolaborasi internasional dalam penelitian dan pengembangan teknologi hidrogen sangat penting. Ini termasuk berbagi pengetahuan dan teknologi, serta harmonisasi standar dan regulasi untuk mempercepat adopsi hidrogen secara global.
5.Menurunkan Biaya Listrik dari Energi Terbarukan:
  Sebagian besar biaya produksi hidrogen hijau berasal dari biaya listrik. Oleh karena itu, upaya untuk menurunkan biaya energi terbarukan melalui skala ekonomi, inovasi teknologi, dan pengembangan pasar yang lebih kompetitif akan memiliki dampak langsung pada pengurangan biaya hidrogen hijau.
Kesimpulan
Hidrogen memiliki potensi yang sangat besar sebagai sumber energi bersih yang dapat mendukung transisi menuju sistem energi yang lebih berkelanjutan dan rendah karbon. Produksi hidrogen dari air melalui elektrolisis merupakan solusi yang menjanjikan untuk mengurangi ketergantungan kita pada bahan bakar fosil. Namun, tantangan teknis, ekonomi, dan infrastruktur yang ada saat ini memerlukan perhatian serius.
Diperlukan pendekatan yang terpadu untuk mengatasi tantangan ini, termasuk peningkatan efisiensi teknologi, pengembangan infrastruktur yang memadai, dukungan kebijakan yang kuat, dan kolaborasi internasional. Dengan upaya yang tepat, hidrogen dapat memainkan peran sentral dalam sistem energi masa depan yang lebih bersih, lebih aman, dan lebih berkelanjutan. Kita berada di ambang revolusi energi. Hidrogen dari air bisa menjadi kunci untuk masa depan yang lebih hijau dan berkelanjutan, namun membutuhkan inovasi, kerjasama, dan komitmen dari semua pihak yang terlibat.
Daftar Pustaka
Dewi, Eniya Listiyani, 2011, Potensi Hidrogen sebagai Bahan bakar untuk
Kelistrikan Nasional, Prosiding Seminar Nasional Teknik Kimia "Kejuangan", Yogyakarta.
Nasir, 2021, Pemanfaatan Potensi Air yang Ramah Lingkungan Sebagai
Sumberdaya Energi Listrik, Unbara Environment Engineering Journal, 2(1).
Sutarno, dkk. 2016, Kajian Produksi Energi Hidrogen Menuju Transisi
Ekonomi Bebas CO2, Teknoin, Yogyakarta, 22(7).
Lestari, N. A. C., dkk. 2022 " Analisis Komposisi Jurnal Teknologi Elektrolisis Hidrogen
Sebagai Alternatif Energi Bersih di Indonesia''. Energi dan Kelistrikan : Jurnal Ilmiah vol. 14, No. 2, Desember.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H