Pandemi Covid 19 sudah berjalan sekitar 9 bulanan. Kegiatan yang biasa kita lakukan sehari-hari terpaksa harus diundur atau bahkan dibatalkan. Jikalau pun harus dilakukan, perlu melaksanakan kegiatan tersebut, kita harus mengikuti beberapa protokol dan peraturan yang ditetapkan.Â
Selama pandemi ini, saya jarang sekali melakukan kegiatan olahraga. Sebelum pandemi, masih sering untuk main basket, badminton, dan jogging. Sekarang ini, diam di rumah menjadi pilihan terbaik dan aman bagi kesehatan diri kita masing-masing.
Beberapa waktu lalu, Jakarta menetapkan PSBB transisi, warga bisa sedikit lebih lega dalam beraktivitas di luar rumah. Saya memanfaatkan momen tersebut dengan mencoba sebuah olahraga yang belum pernah saya coba yaitu trekking.
Pada awal perjalanan, jalanan terasa mulus, sembari diselingi tanjakan dan kelokan, namun ketika sudah hampir sampai lokasi curug, jalanan memburuk, kontur berbatu dan menanjak. Saya menyarankan, jika ingin ke tempat ini, kondisi motor haruslah prima, baik tarikan gas dan juga rem karena banyak lokasi curam.
Kena Pungutan Liar Empat Kali
Pada perjalanan menuju tempat ini kami menemui beberapa pungutan liar (pungli). Tidak hanya satu tempat saja tapi sampai empat kali pungli. Ada pungli yang memaksa, tetapi ada juga yang seikhlasnya.
Pungli pertama berada dekat pertigaan masuk jalur Curug Ciburial, ada dua warga yang menunggu untuk meminta pungutan liar. Kami beruntung tidak kena pungli yang pertama karena kami tancap gas dan mereka sedang menarik pungli motor lain.
Beberapa ratus meter kemudian, ada beberapa warga yang minta uang pungli, di sini mereka meminta Rp. 5.000 untuk satu motor.
Selanjutnya, di jembatan, ada beberapa warga lagi yang meminta, di sini kami beri seikhlasnya dan saat hampir sampai parkiran ada lagi pungli, juga kami beri seikhlasnya. Ini jujur sangat mengganggu, tidak resmi, dan membuat pengalaman jalan-jalan menjadi kurang nyaman.
Mulai Trekking
Sampai di pintu gerbang, kami membayar tiket masuk Curug dengan tarif kalau tidak salah Rp.20.000 / orang dan parkir Rp.5.000 / motor. Setelah memarkirkan motor, kami bersiap untuk trekking. Bersebelahan dengan tempat parkir ada rumah yang bisa dijadikan sebagai basecamp atau pos awal sebelum memulai perjalanan.Â
Terdapat kamar mandi dan juga warung sederhana yang bisa kita gunakan. Kami memulai perjalanan, berangkat dari Jakarta pukul 06.30, sampai di lokasi sekitar pukul 09.00, kemudian kami makan terlebih dahulu.
Kira-kira kami mulai jalan sekitar pukul 09.30 saat matahari sudah naik dan terasa agak panas. Udara di tempat ini segar, tetapi tidak banyak angin berhembus, sehingga panas benar terasa.Â
Pada kawasan ini terdapat 3 Curug yakni: Ciburial, Kembar, dan Hordeng. Curug Ciburial menjadi yang paling pertama kita sambangi karena terletak paling bawah.
Dari 3 Curug yang saya sebutkan tadi, Curug Ciburial adalah tempat yang tepat jika anda suka nyebur untuk mandi atau berenang. Kolamnya cukup luas dengan air yang deras mengalir.
Jika anda suka cliff jump, Curug Ciburial juga menjadi pilihan tepat karena terdapat tempat untuk lompat dan kedalaman kolam sampai 4m sehingga aman untuk melakukan lompatan. Ketika saya di sana, Curug Ciburial menjadi air terjun yang paling banyak dikunjungi orang-orang dibandingkan dengan 2 curug lainnya.Â
Curug Kembar ini ukurannya kecil, tidak dalam, sehingga kurang cocok untuk orang dewasa, tetapi sempurna untuk anak-anak. Tak jauh dari Curug ini ada warung yang bisa kita gunakan untuk bersantai dan menyantap makan siang.
Kami kemudian melanjutkan perjalanan ke Curug Hordeng. Curug Hordeng ini merupakan curug terjauh dan teratas dari kawasan ini. Jaraknya tidak terlalu jauh dari Curug Kembar, cuma memang kita harus melewati jembatan bambu untuk mencapainya.Â
Harap diperhatikan jika kalian datang dalam rombongan, ketika menyeberang jembatan bambu harap giliran karena kita tidak tau jembatan bambu sanggup menaham berapa beban orang.
Bagi teman-teman yang mandi di air terjun, di sini terdapat tempat atau bilik yang dapat digunakan sebagai tempat berganti baju. Tiga curug sudah kami sambangi, saatnya pulang, kembali ke Jakarta.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H