Akhir pekan kemarin, saya, istri dan teman-teman kantor mencoba untuk Trekking di Kawah Ratu. Kawah Ratu berlokasi di Gunung Sari, Kecamatan Pamijahan, Bogor, Jawa Barat.Â
Kawah Ratu masuk ke dalam kawasan Taman Nasional Gunung Halimun Salak. Ini merupakan kali kedua saya trekking di Bogor, setelah beberapa waktu lalu sempat menjajal trek Curug Ciburial, Kembar dan Hordeng di sekitar daerah Sentul, kali ini kami mencoba menantang satu level lebih tinggi.
Saya dan istri menggunakan sepeda motor dari Jakarta, sedangkan Gana, Mbak Rini, Afif dan Ona naik kereta (Commuter Line) dari Jakarta sampai Bogor, kemudian sewa motor dan berkendara sampai titik temu kami yakni di pintu gerbang Taman Nasional Gunung Halimun Salak.
Kami bertemu di titik temu sekitar pukul 09.30. tanpa basa-basi lagi kami langsung masuk ke dalam Taman Nasional. Retribusi yang dikenakan untuk 2 orang 1 motor adalah Rp. 35.000. Motor kami gas kembali, sembari menyusuri lembah hutan yang dipenuhi dengan pohon pinus.Â
Kondisi jalan di Taman Nasional ini bisa dibilang jelek, awalnya memang mulus tetapi semakin ke dalam, jalanan berlubang selalu kami temui. Kami terus berkendara hingga menemui tempat bernama Camping Ground Pasir Rengit. Motor kami parkir dan kami ganti baju untuk memulai aktivitas Trekking hari ini. Karena sudah agak siang, di tempat parkir itu kami melihat banyak orang sedang beristirahat setelah turun dari Kawah Ratu.
Perjalanan kami mulai. Tak jauh dari tempat parkir, kami tiba di pos atau basecamp pendakian Kawah Ratu. Kami bertemu dengan warga sekitar yang meminta retribusi Rp. 15.000/orang.Â
Bisa dibilang retribusi ini tidak resmi karena sebenarnya pendakian atau trekking kawah ratu belum dibuka, sehingga kegiatan trekking kami tidak dilindungi dengan asuransi, kami juga tidak mendapatkan tiket atau bukti bayar apapun dari uang yang telah kami keluarkan. Setelah beberapa menit mengobrol dengan warga dan membayar sejumlah uang, kami lanjutkan perjalanan walau tanpa asuransi, karena sudah jauh-jauh dari Jakarta, sayang sekali kalau kembali.
Di sepanjang jalur trekking, vegetasi lumayan lebat, beberapa kali kami merasa teduh karena sinar matahari tertutupi oleh rindangnya pohon di hutan ini.
Jalur Kawah Ratu ini mempunyai kontur yang berbeda-beda, kadang-kadang tanah, kadang berbatu, kadang diselingi sungai mengalir di antara jalurnya, beraneka ragam sehingga sembari trekking dalam satu jalur kita mendapatkan pengalaman melewati beberapa medan berbeda.Â
Di beberapa titik di jalur Kawah Ratu dipenuhi dengan lumpur dan kami harus lebih hati-hati dalam menentukan langkah karena sekali salah langkah, sepatu kami pasti berubah coklat, penuh lumpur.
Lebih dari setengah jalan sudah kami tempuh, badan mulai merasa lelah, kami putuskan untuk rehat sejenak di tumpukan batu dekat dengan sungai kecil yang mengalir deras. Logistik yang sudah kami bawa satu per satu dikeluarkan, ada roti, biskuit, dan semacamnya. Rasa haus pun kami obati dengan minum air secukupnya. Puas beristirahat dan bersenda gurau, kami melanjutkan perjalanan. Tidak jauh lagi, kami akan segera sampai ke Kawah Ratu.
Beberapa menit setelah kami melanjutkan perjalanan, kami dihadapkan dengan sebuah tanah lapang dengan banyak pohon yang mengering. "Hutan Mati", itu yang saya gumamkan dalam hati.Â
Di hutan mati ini, tampilannya tidak seperti hutan hujan tropis yang menemani kami di sepanjang jalur trekking tadi. Hanya ada tanah lapang, bebatuan dan banyaknya pohon yang bisa kami lihat di sini.Â
Walaupun indah, tapi jujur saya ada sedikit perasaan ngeri karena ini sedikit mengingatkan saya dengan Hutan di Lereng Merapi yang mengering karena awan panas. Jalur yang kami temui dari sini mayoritas menanjak cukup curam, hati-hati terkilir mengingat tanahnya juga cukup licin.
Setelah beberapa tanjakan dan melewati hutan yang mengering, kami akhirnya sampai ke kawah ratu. Dua setengah jam perjalanan kami tempuh, dengan istirahat beberapa kali. Wah, puas sekali rasanya! Kawah ini luas sekali, kata teman saya Gana, terdapat manifestasi geothermal di sini, contohnya ada steam vent, hot spring, boiling mud pool, bla bla bla.Â
Saya gak paham. Dua dari enam rombongan ini memilih untuk merasakan sensasi berendam di aliran air panas, sisanya cukup dengan merendam kaki saja, untuk merasakan relaksasi.Â
Oiya, untuk diingat bahwa kawah ini masih aktif, sehingga bau belerang dapat dengan jelas tercium di beberapa titik, oleh karena itu, kalau tidak tahan, jangan terlalu berlama-lama di kawasan ini, tetap berhati-hati, kesehatan nomor 1.
Setengah jam kami habiskan di sekitar aliran air panas. Kami juga sudah mengisi perut dengan logistik yang kami bawa, teman kami sudah ganti pakaian baru, kami putuskan untuk pulang.Â
Seperti biasa, perjalanan pulang terasa lebih cepat, namun di tengah perjalanan hujan lebat turun, awan menghitam, petir menyambar. Kami pun bergegas memakai jas hujan dan menambah kecepatan berjalan.Â
Namun air yang turun mulai merendam jalur, kami harus lebih hati-hati agar tak salah melangkah dan mengakibatkan keseleo. Beberapa kali kami harus merendam sepatu karena masuk ke kubangan air yang cukup dalam. Kami berhasil turun tepat waktu sampai ke basecamp, rasanya lega sekali. Hari itu kami tutup dengan semangkuk Indomie rebus telur dengan sayur selagi menatap hujan. Nikmat!
- Datang pagi-pagi. Mulai trekking seawal mungkin karena nanti jika sudah di kawah ratu, tidak ada vegetasi sehingga tidak ada perlindungan dari sinar matahari. Mulai pagi hari sehingga udara masih sejuk dan matahari tidak menusuk.
- Lihat ramalan Cuaca. Ramalan cuaca bisa dilihat di Situs BMKG, walaupun menantang, trekking hujan-hujan tidak saya rekomendasikan. Was-was.
- Bawa logistik (air dan makanan) dan obat-obatan yang cukup. Di Kawah Ratu tidak ada warung, sehingga jika logistik habis kalian harus minta dengan orang lain. Warung hanya ada di basecamp Kawah Ratu dan tempat parkir.
- Bawa Trekking Pole, Jas Hujan dan Baju Ganti. Menuruni jalur trekking rasanya lebih melelahkan ketimbang mendaki, oleh karena itu trekking pole dapat dijadikan alat bantu menopang beban anda agar lutut tidak terlalu sakit. Jangan lupakan untuk membawa jas hujan, handuk kecil dan baju ganti untuk berjaga-jaga.
Biaya perjalanan ini (2 orang)
Bensin              Rp.  40.000
Masuk Taman Nasional Rp. Â 35.000
Retribusi Kawah Ratu   Rp.  30.000
Logistik & Jas Hujan    Rp. 100.000
Total                 Rp. 205.000
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H