"Sate ayam tanpa bumbu kacang, emang enak? emang cocok?" kira-kira begitulah persepsi yang timbul dalam kepala saya ketika mendengar sebuah menu andalan dari Sate Ratu, yaitu Sate Ayam Merah.Â
Sate dengan bumbu kacang sudah seperti amplop dan perangko bagi saya, hal yang tidak bisa dipisahkan dan saling melengkapi. Kuliner bergaya Madura ini memang sering saya santap dan agak susah sebenarnya untuk menerima hal baru yang sedikit berbeda dengan kebiasaan.
Dari penampakannya, sate tersebut memang berbeda, tidak berwarna coklat seperti yang biasa ditemui tetapi  sedikit berwana merah dan tidak dibakar hingga gosong.Â
Kami kemudian berkesempatan untuk berinteraksi dengan sang pemilik warung Sate Ratu, Pak Budi Seputro. Dari beliaulah kami mengetahui sejarah Sate Ratu dan bagaimana ia merintis usahanya ini.Â
Pak Budi memang sudah malang melintang di bisnis entertainment, berpengalaman dalam melakukan setting cafe, ia ingin membuat usahanya sendiri.Â
Berawal dari sebuah angkringan sederhana di dekat Galeria Mall, kini angkringan tersebut berubah menjadi sebuah warung Sate Ratu yang telah dikunjungi oleh 2000 lebih wisatawan mancanegara dari 60 negara di dunia.
Ketika saya cicip, mengingatkan saya akan tekstur kornet tetapi dengan potongan daging ayam yang lebih terasa. Lilit basah ini telah beberapa kali berubah secara penampilan, awalnya dulu disajikan dengan tusuk sate namun karena ingin mendapatkan look yang berbeda dengan sate lainnya, akhirnya disajikan dengan cara dipotong. Satu porsi berisi 4 potong daging lilit basah.
Tekstur ayamnya juga lembut, seperti tak memberikan perlawanan ketika dimasukkan ke dalam mulut dan digigit. Pak Budi kemudian menjelaskan bahwa satenya memang benar-benar dibumbui dengan sempurna. Bumbu rahasia yang ia racik dibalur ke setiap daging ayam dan dibiarkan selama beberapa waktu agar bumbu merasuk ke dalam daging ayam.Â